Pernah dengar istilah teori Labeling ? yap! Teori ini berkonsep bahwa
karakter seseorang bisa terbentuk dari ”label” yang diberikan padanya. Bagaimana
ini bisa terjadi? berikut ilustrasi analisis saya.
Misalnya seseorang pernah atau mungkin seringkali disebut pemalas oleh
orang-orang disekitarnya. Pernyataan ini kemudian akan terngiang dikepala orang
tersebut, dan kemudian akan membuatnya bertanya pada dirinya sendiri. Apakah
saya memang pemalas?
Keraguan ini akan membuatnya rapuh, dan orang yang rapuh mudah dipengaruhi,
dengan orang-orang terus menyebutnya seperti itu maka sedikit demi sedikit
kerapuhannya akan hilang. Bukan dia akan yakin bahwa dia bukanlah seorang
pemalas.Sebaliknya, dia akan yakin bahwa ia memang pemalas dan akan semakin
terbentuk menjadi seorang pemalas.
Menarik sekali bahwa perkataan kita bisa kemudian membentuk karakter
seseorang. Tapi apa yang kita katakan pasti ada dasarnya bukan ? Misalnya
seperti ilustrasi diatas, orang-orang disekitar pasti menyebutnya pemalas
karena pernah melihanya seperti itu. Masalahnya adalah, apakah kemudian
orang-orang itu sudah cukup mengenalnya untuk menjudgenya seperti itu ? ataukah
hanya berdasar satu-dua kejadian ? atau yang terparah, hanya berdasarkan
omongan orang-orang lainnya.
Padahal, sifat atau pembawaan seseorang bisa berubah sesekali karena ada
suatu hal tertentu. Pembawaan merupakan cerminan hati, baik itu kemudian
tercermin di wajah, cara bicara atau sebagainya. Seseorang mungkin menjadi
malas karena sedang terjadi hal buruk menimpanya. Seseorang mungkin terlihat
tidak bersahabat karena dia sedang kesal akan suatu hal. Dan mungkin saat
seperti inilah saat seseorang melihat dan langsung menjudgenya seperti itu
sebelum mengenalnya lebih jauh.
Pernyataan segelintir orang, kemudian mensugesti kita untuk melihat orang
lain seperti apa yang mereka katakan. Dan sebelum memiliki kesempatan untuk
mengenalnya lebih jauh, kita sudah terlanjur menjudgenya seperti itu. Dan
akhirnya terlibat dalam pembentukan karakternya menjadi seperti itu. Mengerikan
sekali bukan bagaimana kita bisa dengan mudahnya menjerumuskan orang kedalam
sifat-sifat tidak baik ?
Seorang teman
saya pernah membuat status di facebook kira-kira seperti ini.
”what you see about me, is only what I want you to
see”
Status yang sangat menarik menurut saya. Kita punya hak dan punya kemapuan
untuk menunjukan sisi-sisi tertentu dari diri kita pada kebanyakan orang, dan
sisi lainnya hanya pada orang-orang tertentu. Terutama saat kita sudah berusaha
menunjukan sisi lain dari diri kita pada kebanyakan orang, tetapi mereka tetap
melihat dan mungkin menjudge kita pada sisi yang ia lihat, yang mungkin saja
sudah terpengaruh oleh sugesti dari orang-orang disekitarnya.
Dan sedikit cerita tentang saya kalau boleh (kalau tidak silahkan skip
membaca empat paragraf), Saya termasuk orang yang melakukan seperti apa yang
distatus oleh teman saya itu. Dan belakangan ini saya semakin menunjukannya.
Saya jenuh! Saya sudah muak dengan orang-orang yang selalu mengomentari wajah
tidak bersahabat saya, dan mungkin cara bicara saya. Betapapun saya berusaha
untuk meyakinkan mereka bahwa saya tidak bermaksud seperti itu.
Yaa, walaupun saya sudah mendengarnya semenjak saya kecil, saya tetap kesal
setiap orang berkata ”mukanya santai aja dong”, ”mukanya biasa aja kali..” ,
”mukamu ngeselin max ndrox! ”, ”mukamu ngajak berantem” , ”muka lo senga
banget”, ”mukamu kok jutek ee ndroo.?” dan
parahnya semenjak saya kuliah saya hampir mendengar itu setiap hari. Dan karena
sudah terlalu jenuh dengan pernyataan itu, saya hanya bisa menjawab ”dari lahir
!”.
See ? that was
me when i was in kindergarten. Did I meant to ask for a fight to the
photographer ? or maybe my teachers and principal ? think logically. And you’ll
see that I didn’t mean to ask for a fight, but I did show that asking for a
fight face.
Lalu belakangan
ini saya berpikir, betapapun saya berusaha untuk menunjukan sisi lain saya,
orang-orang toh tetap menganggap saya ngeselin, jutek, jahat. Terus kenapa saya harus tetap berusaha? Bagaimana jika saya semakin tunjukan saja sisi itu ? Biar saya menjadi anatgonis sekalian. Agar
mereka bisa melihat, inilah “karya” mereka. Inilah karakter bentukan mereka.
Iniliah orang jahat hasil perkataan mereka. Dan akhirnya, saya melakukannya !
the awaken darkside |
Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, kita memiliki hak dan kemampuan
untuk memilih mau menunjukan sisi mana dari diri kita. Dan bagi saya, saya akan
semakin menunjukan apa yang mereka yakini bagaimana diri saya. Saya hanya akan
berbagi sisi lain dari diri saya pada mereka yang saya kehendaki. Kepada mereka
yang melihat saya, lebih dari apa yang dilihat oleh orang biasanya.
”i’ve found the reason for me, to change who i used to
be. And the reason is you”
- the reason, hoobastank
Sebuah lagu menarik yang berkisah tentang keinginan berubah untuk
orang tertentu. Yaa selain dari perkataan atau “judge” dari kebanyakan orang,
seseorang juga bisa beruba karena orang-orang tertentu. Yang pastinya merupakan
seorang yang spesial baginya. Entah itu keluarga, sahabat, atau mungkin pacar.
Tapi merubah karakter bukanlah perkara mudah, karakter terbentuk
dari kehidupan sehari-hari ditambah sifat bawaan dari orang tua kita. Karakter
ini pastilah sebuah hal yang terbentuk dari proses panjang dan lama. Dan
pastinya, membutuhkan waktu yang lama juga untuk merubahnya.
“semua hanyalah
keterbatasanku saja. Tak mampu menjadi yang kau mau, aku mencoba. Dan aku tak
mampu”
- kerispatih , aku harus
jujur
Seperti lanjutan dari lagu hoobastank tadi, lagu
ini menceritakan tentang seseorang yang gagal menjadi apa yang diininginkan
oleh orang lain. Seseorang yang lagi-lagi, tentunya spesial baginya.
Sebenarnya apa sih yang ingin saya sampaikan pada
posting ini ? Sederhana saja.
Pahamilah dan mengertilah orang lain lebih jauh. Hindari menjudge seseorang, karena itu mungkin
akan mnejerumuskannya pada sifat-sifat tidak baik. Dan mengertilah orang lain
sebagaimana dia. Bertoleransilah. Perbedaan diantara kita yang membuat
kehidupan ini menarik. Hindari mengharapkan seseorang menjadi seperti apa yang
kita inginkan.
”everyone has their very own colour, love
them just the way they are ”
- hendro prasetyo.