“ I always think Ape better.
Now I see how much like them we are ”
Caesar –
the Ape boss
Hal yang paling menarik dari
menonton Dawn of The Planet Apes adalah bagaimana saya sebagai seorang manusia
bisa merasa belajar banyak dari para Apes
yang dalam film ini sangat sukses memotret kehidupan manusia. Film cerdas yang
sangat penting untuk ditonton, untuk mengingatkan kita para manusia, akan sifat
kita dari konflik yang terjalin antara manusia dan Ape , manusia dan manusia, serta antar Ape.
Film ini mengingatkan saya bahwa
kebaikan dan keburukan akan senantiasa bersanding. Ada manusia dan Ape baik yang menginginkan kedamaian,
dan disisi mereka, ada manusia dan Ape
brengsek yang membiarkan kebencian membawa mereka pada kehancuran. Pada chaos, dan peperangan yang menelan
banyak korban. Dan pada masing-masing mereka, ada Kesombongan ! ketika yang
satu merasa lebih baik dari yang lain. Ketika yang satu, merasa lebih ber-Hak
dari yang lain.
Salah satu masalah terdasar bagi
manusia adalah kita sering kali merasa spesial. Merasa unggul dan paling berhak
menguasai bumi dan alam semesta. Padahal seperti yang pernah saya bahas
sebelumnya di postingan Arogansi, Evolusi, dan Homo Sapiens, kita ga ada
apa-apanya dibandingkan alam semesta. Kita hanya sebungkus campuran kimia yang
memiliki ruh. Dibekali dengan akal kecerdasan dan hati nurani, yang sayangnya
jarang dimaksimalkan keduanya.
Meh~
Saya mau ngomong apa sih sesungguhnya !
Agak gemes rasanya ngeliat perkembangan sosial media belakangan ini.
Rasanya semua orang mendadak jadi pintar. Paling paham politik, paling paham
sejarah, paling ahli masa depan. Paling Rakyat Teladan ! cerdas membagikan
artikel yang mengkritik pemerintah atau sekedar tokoh tertentu. Lengkap dengan
opini panjang lebar sebagai prolog menuju berita yang sarat akan kepalsuan
dunia.
Pada saat masih musim Pilpres, semua orang mendadak politis. Paling
rajin men-share berita terkait calon idolanya dan berita buruk terkait calon
lawannya. Dan ketika KPU telah mengumumkan hasilnya, beberapa diantaranya masih
larut dalam arus lama dan masih bersikukuh ingin bertarung opini dengan fanboy
lainnya. Para pendukung calon yang kalah bersikukuh akan adanya kecurangan.
Para pendukung calon yang menang, sibuk mem-bully calon lawan yang seakan tidak
mampu berbesar hati menerima kekalahan.
Buat kalian yang sudah menang, berbesar hatilah. Angkat dagu, busungkan
dada, dan pandang lawan dengan mata yang hanya terbuka setengah. Kalian telah
menang ! anggaplah lawan kalian itu seperti kecoak yang terperangkap dalam lingkaran
kapur ajaib. Panik ! sibuk melakukan berbagai cara untuk bertahan, padahal
akhirnya akan kalah juga. Kalian tidak perlu melakukan apa-apa lagi. Diam,
tenang, dan sekali lagi, nikmati kemenangan.
Kemudian ada berita duka dari Gaza. Dan lalu semua orang mendadak paling
muslim. Paling menjunjung solidaritas antar muslim. Entahlah, tapi saya merasa
agak janggal, ketika di satu poin kalian menunjukan solidaritas kalian dengan
membagikan postingan atau artikel terkait dengan gaza, dan di poin lainnya kalian
men-share kemewahan foto makan malam kalian. Ketika kalian di satu poin merasa
iba dan sedih akan keadaan di gaza, lalu menghabiskan malam kalian berbalut
kenikmatan berbuka bersama dengan para relasi di restoran favorit dan menshare
fotonya dengan akun yang sama.
I don’t know, maybe you think “at least I did something”. Well, what’s
the point of that least thing you did ?
Baru aja kemarin ada isu terkait penggunaan pakain muslim di sekolah.
Dan kembali bermunculanlah manusia-manusia cerdas pengkritik pemerintah. Tanpa
terlebih dahulu mepelajari sumber beritanya, munculah berita ini bersliweran di
sosial media, lengkap dengan bumbu-bumbu opini cerdas khas rakyat teladan
Indonesia.
Hendak saya tendangi rasanya manusia-manusia ini. Ahok baru akan
menjabat resmi sudah gusar dengan berita kebijakan palsu yang disebar untuk
memprovokasi. Buat kalian yang khawatir Ahok jadi gubernur, saya cuma mau
bilang, “ kampret rasis lo sialan ! segitu takutnya dipimpin sama Cina Kristen
? ”
Fiuh~~
Untung puasa, jadi saya agak menahan diri.
Curhatan sandal jepit oleh warga Negara sandal jepit. Entah apa salahnya
sandal jepit sampe harus disamain sama Indonesia. Satu-satunya Negara di dunia
yang ada dua calon presiden deklarasi kemenangan di media yang jelas
keberpihakannya. Well, lebih tepatnya satu pasangan calon, dan satu ibu-ibu
entah siapanya pasangan calon. Ibu-ibu yang kata bapaknya temen saya lebih
cocok jualan pecel di madiun ketimbang ngurusin Negara.
Indonesia, Negara agraris tapi import beras, Negara maritim tapi import
garem, Negara ramah-tamah tapi banyak preman dimana-mana, Negara merdeka tapi
aset berharga dikuasai asing dan mafia.
Hhh! Sendal jepit !
Untung YKS udah ga ada.
Gini yaa guys, kalau kalian mau berkontribusi buat Indonesia, caranya sederhana kok. Jadilah warga negara yang baik. Buang sampah ditempatnya, berkendara secara sopan dan considerate, kalo punya mobil pribadi jangan isi pake premium, kalo di kereta jangan gosip, sekolah yang pinter, jangan suka metik bunga dan daun, kalo udah kerja dan punya penghasilan daftarin NPWP.
Sekian.
Selamat Idul Fitri, sekedar info Minal Aidin wal Faidzin artinya Dari yang Menang dan yang Kembali. Ga ada unsur minta maafnya sama sekali.