“ Ada yang tau berapa jumlah total kebudayaan di Indonesia ? “
Exactly !
saking banyaknya kebudayaan yang ada di Indonesia, jumlah pastinya (hampir) pasti ga ada yang tau. Walaupun
ga se-acak jumlah bulu idung yang emang gak terhitung, entah kenapa rasanya
akan sulit menghitung total kebudayaan yang ada Indonesia. Ini karena kita
begitu kaya, begitu beragam, begitu majemuk, religius, dan superstitious, sampe rasanya untuk menghitung jumlah total
kebudayaan kita, akan se-mustahil kemunculan Bo di crayon sinchan tanpa ingus.
Tapi tapi tapi…. Kok kita masih kebawa arus ?
Mas Bo | sumber |
Mbuh koe
sadar po ora, rasa-rasanya, status Indonesia sebagai Negara berbudaya semacam cuma
basa-basi kehidupan aja. Liat aja kehidupan sehari-hari kita, apa masih pantes
kita menyebut diri kita sebagai masyarakat berbudaya ? atau ini salah saya aja karena
persepsi saya akan budaya begitu dangkal dan perspektif saya akan Indonesia
begitu sempit, sehingga yang saya lihat dari Indonesia yaa cuma yang itu-itu
aja, dan kebetulan yang itu-itu aja gak mencerminkan perilaku masyarkat berbudaya.
Daritadi saya
nyebut-nyebut masyarakat berbudaya, emang kaya apa sih masyarakat yang
berbudaya tuh ?
Jengjengjengjeng
~~~ !
Kalau kalian
sama kaya saya dan gatau jawabannya apa, maka diagnosa saya bahwa status kita
sebagai masyarakat berbudaya itu cuma basa-basi aja, udah terbukti
kebenarannya. Kenapa ? karena, kalo kita bahkan gatau masyarakat berbudaya itu
kaya apa, gimana bisa kita berperilaku layaknya masyarakat berbudaya ? secara
ga sengaja ? secara insting binatang ? secara beruntung ? secaramualaikum ?
Well, kalo
mau melihat secara objektif dan utuh, tanda-tanda keberadaan kebudayaan di
masyarakat Indonesia emang masih ada. Tapi, sadibilang hanya sebagai perhiasan
aja. Pemanis kehidupan yang seakan kurang manis dengan konsumsi es teh manis
yang selalu setia menemani makan pagi siang dan malam anda. Keberadaan budaya
di Indonesia saat ini, hanya sebagai sesuatu yang dilestarikan saja, bukan
sesuatu yang dihidupi secara khidmat dan bijaksana. Walaupun, kalau mau dinilai
secara adil, balik lagi, apa yang dimaksud dengan kebudayaan Indonesia nih
belum jelas. Karena kita terlalu kaya dan berbeda, akan sangat sulit menemukan
sesuatu yang bener-bener bisa mewakili dan bisa menjadi identitas Indonesia.
Anyway,
kembali ke status budaya sebagai perhiasan, saya lantas berpikir, apa karena
budaya merupakan kristalisasi kebiasaan sehari-hari yang menggenerasi, lantas
jadi sulit untuk kembali mencair dan mengaktualisasi ? atau karena budaya
terlanjur menjadi Kristal, dan kristal adalah benda precious sehingga dipakenya sebagai perhiasan aja dan yang bisa
memiliki dan menggunakannya cuma orang-orang tertentu aja? Atau karena saking precious-nya kebudayaan cukup dilestarikan aja layaknya benda-benda
di museum yang terbungkus syahdu dalam etalase yang clingclingcling ?
Aktualisasi.
Asal kata aktual. Imbuhan asu. Eh asi maksudnya. Sorry. Dari tiga pertanyaan
diatas, mungkin jawaban yang paling tepat adalah karena jaman dulu dan jaman
sekarang udah beda, sehingga kebudayaan yang berupa nilai-nilai kehidupan udah
sulit diterapkan di kehidupan sehari-hari masa kini. Kata guru bahasa Indonesia
SMA saya, “Jaman dulu kan cuma ada Dinosaurus.” Coba jaman sekarang, ada
Godzilla, alien, vampire, zombie, gomora, barney, batman, kura-kura ninja,
kura-kura dalam perahu, sampe bahkan kura-kura dalam sup kamu ! jadi wajar aja
sih kalau kebudayaan mulai ditinggalkan. Tuntutan jaman membuat kita seperti
itu. Walaupun, ga semua tuntutan wajib kita penuhi. Dan mestinya kita bisa
bijak memilih tuntutan mana yang harus dipenuhi.
Yap suka atau
ga, kehidupan bener-bener udah berubah, bahkan hanya dalam 10-20 tahun
terakhir. Kalo dulu cuma bapak-bapak sibuk dan adik-adik insecure yang punya
nokia 3310 yang canggih epic dan tak lekang oleh waktu, sekarang hampir semua
orang bawa-bawa smartphone lengkap dengan power bank-nya.
The Legend | Nokia 3310 |
Kehidupan sosial
udah pindah sebagian besar dari jagad raya ke jagad maya. Kalo dulu ada istilah
dunia cuma selebar daun kelor, sekarang dunia cuma selebar daun kecambah. Semua
orang sadibilang hampir serba tau apa yang terjadi dengan orang lain, dan ini
ngebuat hidup kita seakan ga boleh bercelah sedikitpun, apalagi di Indonesia !
salah dikit aja, anda bisa jadi korban mass-bullying yang luar biasa. Sadibilang,
kalo ada yang lebih serem dari ingus bo yang bisa muter-muter kaya
baling-baling helicopter, itu adalah pengguna media sosial di Indonesia. Salah dikit
aja anda dalam hidup, foto anda bisa menyebar di jagad maya, dan dalam hitungan
menit, 76,97 % penduduknya menyerang anda. Brrrr…~
Mbuh koe sadar po ora, rasa-rasanya, status Indonesia sebagai Negara berbudaya semacam cuma basa-basi kehidupan aja. Daritadi saya sengaja gak ngasih contoh gimana saya bisa ngeliat bahwa kita udah gak terlihat berbudaya, dan bagaimana budaya hanya digunakan sebagai pemanis kehidupan aja. Itu karena saya yakin, bahwa tanpa dicontohin pun kalian sudah mengerti maksud saya , dan karena saya ingin, kalian merefleksi diri dan melakukan observasi terhadap lingkungan kalian supaya bisa lebih paham dan kena sama apa yang saya coba sampaikan.
Twit of The Day | sumber |
Mbuh koe sadar po ora, rasa-rasanya, status Indonesia sebagai Negara berbudaya semacam cuma basa-basi kehidupan aja. Daritadi saya sengaja gak ngasih contoh gimana saya bisa ngeliat bahwa kita udah gak terlihat berbudaya, dan bagaimana budaya hanya digunakan sebagai pemanis kehidupan aja. Itu karena saya yakin, bahwa tanpa dicontohin pun kalian sudah mengerti maksud saya , dan karena saya ingin, kalian merefleksi diri dan melakukan observasi terhadap lingkungan kalian supaya bisa lebih paham dan kena sama apa yang saya coba sampaikan.
Kalau memang
nilai-nilai kebudayaan kita begitu hebat dan canggih luar biasa, seharusnya si
kebudayaan-kebudayaan ini bisa kan diterapkan dan dihidupi secara khidmat dan
bijaksana di segala jaman ? atau memang nyatanya kebudayaan leluhur kita ga
secanggih itu sehingga akhirnya tergerus jaman ?
Dalam hal
ini, saya sendiri masih belum tau jawabannya yang mana. Kalian ?