Ini semua hanya tentang garis.
Yap !
Garis !!!
Garis-garis yang berhulu di atas kertas, Garis yang penuh hasrat ketepatan, Garis yang setiap milimeternya harusnya bisa dipertanggung jawabkan. Garis yang setiap kemiringan derajatnya, merepotkan.
Garis-garis ini mewakili tulang belulang, otot, daging, hingga ke jeroan-jeroan dari tempat kamu dan kami berdiri berteduh dari terik matahari. Garis-garis ‘’semu’’ perwakilan kayu batu, besi dan baja di dunia nyata.
Garis ini ‘‘tidak bisa’’ kami kreatifisasikan. Sulit untuk kami mengerti. Membebani kami walau tebalnya tak lebih dari 1 mili.
Tanpa perlu bisa melukis garis ini menghitamkan mata kami. Tanpa perlu mengawasi, garis ini membuat kami terjaga sepanjang hari.
Garis ini membuat kami berjibaku mendirikan kayu, lengket berlumuran merekatkan gading dengan titik-titik salju yang dipadatkan. Berlumuran darah, demi membelah kertas coklat setebal kuku kaki.
Garis ini mengsosongkan saku kami. Menarik rupiah demi rupiah pemenuh kebutuhan harian kami. Membuat kami bermusuhan dengan waktu, membuat kami harus beralih, dari apa yang seharusnya nomer satu.
Garis-garis ini bahkan memecah kami. Membuat kami bersilat lidah demi angka-angka yang berpengaruh pada prestasi.
Garis-garis ini menghantui kami atas perintah “lengkung-lengkung” yang kurang manusiawi. Beratas namakan kebaikan kami, dengan pucuk-pucuk putih di puncaknya, BISA ! diharuskannya kepada kami. Baik memang, tapi haruskah seperti ini ?
Mungkin kami lemah, mungkin kami terlalu manja, Mungkin masa sudah terlalu lama merelaksasi otak dan tulang punggung kami. Mungkin itu bukan kami. Tapi saya. Dan mungkin, ada cara yang lebih baik dari ini.
Sekarang waktu telah membuat kami melalui masa-masa penuh kekerasan garis itu. Sekarang kami hanya sanggup menanti, sambil terus berharap, segala apa yang telah kami perjuangakn demi garis-garis ini berbuah baik. Sambil terus berharap, tak perlu lagi kami berhadapan dengan masa-masa kekerasan garis ini.
Tuhan, Bantu kami.
No comments:
Post a Comment