Fringe |
Epic ending.
Pernah berpikir buat menginterogasi mayat ? pernah berpikir bahwa itu
mungkin ? Well, fringe emang cuma serial televisi, tapi berdasarkan serial itu,
secara teori seorang atau mungkin lebih tepat sebuah mayat masih mungkin untuk
diinterogasi selama itu belum meninggal lebih dari 6 jam. Caranya ? silahkan
nonton serialnya untuk lebih jelas.
Possibilities. My best Regards for JJ Abrams
and friends for their tremendous works of creating Fringe. One Sci-fi Serial
teaching me about human capabilities, all explained scientifically, yet I don’t
understand even just a bit.
Tuhan menciptakan kita dengan kecerdasan yang
luar biasa. Dengan kemampuan yang luar biasa, yang sayangnya banyak dari kita
termasuk saya, belum banyak mengeksplornya. Kita sering terlalu meremehkan diri
sendiri. Dengan gampangnya berkata, “ahh, itu sih gak mungkin !” , padahal
belum nyoba. Padahal kalo dipikir-pikir lagi, secara teori itu memungkinkan.
Tapi lagi-lagi, banyak dari kita kemudian mengatakan, “ahh, itu sih cuma teori
!”
Saya mungkin emang kebanyakan nonton film, atau
masih kurang dewasa untuk berpikir realistis, dan saya meyakini kalo saya masih
sering terlalu naïf, terlalu optimistis, makanya sering kecewa. Tapi sisi
baiknya, saya jadi berani melakukan berbagai hal, menantang diri saya, sekedar
untuk membuktikan bahwa sesuatu mungkin untuk dilakukan. Atau untuk
membuktikan, kalo saya bisa. Bahkan dalam jangka waktu tertentu, yang menurut
orang ga mungkin. Dan dari situ, saya jadi banyak belajar hal baru.
Skripsi Ekspress. Seberapa ekspress? 4 hari !
“Ahh, itu sih ga mungkin!” well, to be
fair, emang bukan skripsi final sih, tapi saya berhasil mengerjakan draft
skripsi saya, yang setara sama 75% dari skripsi saya, dalam 4 hari. Bahkan kalo
dihitung dari jam kerja efektifnya, kalo ditotal ga sampe 24 jam. Again, to be
fair, saya emang udah ngumpulin sebagian besar bahannya dari
sebelum-sebelumnya. Dan saya udah nyelesain 90% 1 dari 5 bab sebelum 4 hari itu.
Tapi lagi-lagi, kalo dihitung jam kerja efektifnya, kalo di total juga masih
sekitaran 24 jam.
4 bab tersisa, 5 Hari sebelum deadline. Saya
dengan bejatnya merencanakan buat menyusun skripsi satu hari satu bab. Dan
karena masih sisa satu hari, saya dengan penuh kesadaran tinggi akan deadline,
menggunakan H-5 sebagai hari terkahir buat merefresh pikiran. Yang saya dengan
bejatnya ingkari, karena bahkan sampe H-1 juga saya masih banyakan main dan
nonton Game of Thrones daripada nyusun skripsi.
But it’s done ! Dengan penuh pandangan remeh
orang-orang disekitar bahwa saya akan sanggup menyelesaikannya, saya
benar-benar berhasil menyelesaikannya. 4 Hari, 4 Bab. Dan saya telah menjalani
dua kali siding skripsi di dua hari berbeda dengan dua dosen berbeda, yang
hasilnya pun cukup memuaskan.
Saya bukan mau pamer saya bisa nyelesain draft
skripsi saya dalam 4 hari, yang saya mau sampaikan adalah kita mampu ko kalo
kita mau, kita bisa ko kalo kita yakin, tentunya dengan syarat selama Tuhan
mengijinkan. 24 jam itu sebenernya banyak kalo kita bisa manfaatin dengan
bijak. Walaupun saya sebagai mahasiswa arsitektur suka ngerasa kalo 24 jam itu
cepet banget terutam di hari-hari
menjelang deadline.
Banyak dari manusia yang belum cukup berani
untuk menghdiup hidupnya dengan mengeksplorasi dirinya dan sekitarnya. Mungkin
karena ga semua dari kita diberi kemampuan lebih sama Tuhan buat bisa memahami
hal-hal yang emang membutuhkan kecerdasan level tertentu untuk menegerti. Tapi
bukan berarti kita terus terjebak sama zona nyaman kita. Terus melakukan apa
yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang dan menjalani hidup seperti apa yang
biasanya kita bisa.
Kebanyakan orang-orang disekitar Alexander
Graham Bell pasti ga pernah repot-repot berpikir buat bisa berkomunikasi
langsung jarak jauh sama saudara atau kerabatnya. Kebanyakan pasti menyamankan
diri di zona tidak nyamannya, buat nyamperin orang itu atau kirim surat via
burung hantu yang entah sampe atau ga. Tapi Alexander Graham Bell, orangnya ga
suka repot. Makanya dia nemuin telephone. Pun begitu dengan penemu handphone
yang males bawa-bawa receh buat make telephone umum atau introvert di box
wartel. Atau bahkan alasannya lebih personal kaya pengen pacaran via telephone
secara lebih private. Who knows ?
Menantang diri sendiri, atau menjalani
tantangan yang diberikan dunia, atau sekedar teman kita. Apapun itu, selama ga
terlalu membahayakan atau benar-benar diluar batas kemampuan kita sekarang.
Baby Steps they say. Be a damn good Yes Man kaya Jim Carey, atau an awesome
always Challenge Accepted man, kaya Barney Stinson. Yakinilah kalau kita mampu
untuk mengerjakan suatu hal baru sebelum kita nyoba dan bener-bener gagal
berkali-kali. Sekali lagi, Tuhan menciptakan kita dengan kemampuan untuk
memungkinkan hal-hal yang bahkan belum terbayangkan. Kita Mampu, kalo kita Mau
! tinggal seberapa komitmen kita sama keinginan kita itu dan kehendak Tuhan
yang menentukan tingkat keberhasilannya.
Anyway, saya masih ada semacam hutang buat
ngebuktiin kalo saya bisa mainin satu lagu aja pake Saxophone dan waktu saya
buat belajar dari 0 cuma tiga hari. Masalahnya saya gak punya Saxophone,
mungkin kalo ada yang mau minjemin, saya akan dengan sangat senang hati
melakukan tantangan itu. Sekalian ngebuktiin keabsahan postingan ini juga, dan
mungkin menjadi awal dari ide saya buat bikin semacam kumpulan video dimana
saya menjalani tantangan dari orang-orang. Kalo Myth Busters punya red-line
acara ngebuktiin mana yang beneran bisa dilakuin dan ga dari sebuah film, saya
punya red-line acara buat ngebuktiin sejauh apa kemampuan saya sebagai salah
satu dari spesies manusia dalam mempelajari hal baru. Saya yakin, itu pasti seru !
No comments:
Post a Comment