Kita hidup di Negara dimana kita ga tau siapa
yang bisa dipercaya.
Yang mana yang benar, dan yang mana yang salah.
Semua fakta penting disembunyikan katanya demi
untuk menjaga kestabilan Negara.
Semua orang bicara bisik-bisik atau bicara di
belakang katanya demi untuk menjaga
perasaan orang lain.
Dua kenyataan yang cuma ngebuktiin kalo kita
itu pengecut.
Kenapa ?
Karena kita ga berani mengungkapkan kebenaran,
betapapun pentingnya itu.
The hell did I just say !?
Pft.
Okay. So I need partners. Or maybe a partner. I don’t know, but maybe
for someone like me wishing for partners, is just too much. Why ? because I’m
this kind of person who seriously looks for partners this way.
But that’s just what I am.
People should’ve understood that I’m genius and hell creative, so I just let
people know other good points of me. This is important, because the only chance
people can have an awesome long lasting partnership with me, is only by
knowing, accepting, and appreciating all those parts of me.
And though I’ve mentioned there
that I’m naïve, I’m just not naïve enough to believe that many people really
can live with all that. But I believe, there are plenty, two-three, or even
one, who can really live with all that good sides of mine. I don’t care how
many, and I don’t care how they deal to live with that, as long as they really
sincerely can, then it’ll be awesomely perfect for my purpose.
So ! if you are that person.
That you know what kind of person, (please) be my partner. And help me develope
and realizing my ideas. Help me manage my studio. Help me find some projects to
do. Help me in fund my project expenses. Help me, to be me, without all that
part of me (yeah like that’ll happen).
And I’ll help you for the same. Or more.
Fiuh~
Well asking that much was really
hard for me.
Okay ! jadi apa hubungannya sama
prolog tadi ?
Jadi begini. Selama ini, saya
selalu berpikir bahwa saya bisa ngelakuin semua hal sendiri. Dan itu benar.
Haha. Tapi, saya yakin, kalo ada yang bantu saya selama ini, pasti banyak
ide-ide saya yang bisa terealisasi lebih baik. Dan ga akan ada ide yang terus
menerus tertunda karena saya ga punya resources
yang cukup buat merealisasikannya.
Di sisi lain, manusia itu
benar-benar ga bisa diandalkan. Pertama, karena pada akhirnya semua orang akan
mikirin dirinya sendiri-sendiri. Kedua, karena mereka akan dengan mudahnya bail-out.
Yap ! manusia itu ga bisa
dipegang janjinya, susah diajak komitmen, apalagi kalo mereka ngerasa nothing to lose. Itulah kenapa
diciptakan yang namanya kontrak. Untuk mengikat satu sama lain supaya ga
seenaknya dating dan pergi.
Tapi saya sebagai manusia naïf,
saya gamau tuh melandasi kerja sama diatas kontrak. Karena itu sedikit banyak
cenderung membentuk keterpakasaan. Dan ga ada kerja yang baik dibentuk dari
keterpaksaan. Yang saya inginkan adalah, pure
beberapa orang dengan tujuan sama, berkomitmen untuk berkolaborasi untuk
mengejar tujuan itu.
Yahh, namanya juga naïf.
Lantas beberapa hari ini saya
mulai berpikir, apa bener bisa selamanya sendiri ? sekarang aja kenyataannya
ide-ide yang udah terlanjur jamuran di kepala udah numpuk ga karuan. Dan
setelah dipikir-pikir, saya harus mengakui bahwa betapapun jeniusnya saya, saya
tetep butuh orang lain buat nge-garap ide-ide ini.
Ibaratnya gini. Sekuat-kuatnya
kartu As, dia tetep butuh kartu Jack buat jadi Black Jack dan menang.
Yahh begitulah kira-kira.
Anyway, saya kemudian consult ke
salah dua panutan hidup saya. Gregory House dan Yoichi Hiruma. House misalnya,
sebagai seorang diagnostician paling jenius di dunia, tetep butuh thirteen,
cameron, adams, dan yang lain buat brainstorming diagnosa sebelum akhirnya bisa
nyelametin hidup orang. Banyak orang.
Dan hiruma. Apalah hiruma
sebelum ketemu kurita. Cuma anak jenius yang kerjaannya judi sama tentara
amerika. Padahal buat dia itu sama sekali bukan judi karena dia udah tau semua
kemungkinannya. Tapi setelah ketemu kurita, dia mulai punya tujuan, American
football. Setelah ketemu Musashi, punya target. Christmas Bowl. Dan akhirnya
ketemu sena dan semua temen-temen Deimon buat ngejadiin target itu possible.
Plus mamori dalam hidupnya, dan semua sempurna.
Baru kemudian saya berpikir,
saya bener-bener butuh partner. Partner yang mau sama-sama ngejar mimpi bareng
saya. Dari target-target kecil kaya kompetisi, atau bahkan sekedar
merealisasikan ide-ide yang melintas di kepala.
Lalu saya berpikir, partner
seperti apa yang saya butuhkan ? sederhana. Partner yang bisa hidup dengan
saya. Karena saya yakin, manusia yang bisa hidup dengan saya pastilah manusia
yang highly committed. Dan itu cukup.
*tetep ga nyambung sih sama porolognya