“Cinta itu,
Tai Kucing Rasa Coklat !”
Bukan itu tapi pesan utama yang
ignin saya sampaikan melalui film dengan judul yang sesuai dengan transalasinya
ini. Pesan ilusi yang dibawanya lah yang ingin saya sampaikan.
Semua orang tau kalo Tai Kucing
itu menjijikan, bau, ginyuk-ginyuk, dan ga menyenangkan. Sebaliknya, hampir
semua orang suka coklat (yeah God knows
how unfortunate people who doesnt) , either dark chocolate dengan aroma
kepahitannya yang original, atau coklat coklat turunan yang udah bersineri
dengan unsuru menyenangkan lainnya semacam susu. Tapi pernah kebayang ga gimana
kalo ada tai kucing dengan rasa coklat ?
Obat itu pahit, it is sucks to
know that we have no choice but to consume it when we’re sick. Tapi anak kecil
ga mengerti itu. Mereka cuma tau kalo obat itu pahit dan mereka ga suka. God
forbid that thing get into my mouth ! That’s it. Itulah kenapa diciptakan obat
dengan rasa strawberry, anggur, dan buah2an menyenangkan lainnya.
Tapi tahukah kalian bahwa obat
itu ga sesungguhnya rasa srawberry atau anggur, atau jeruk ? Ilusi ! itu yang
diberikan obat. Aroma ! itu triknya (dan
tentunya kemasan yang menarik dengan warna pink yang oenjoe). Jadi, obat –
obat yang pahit itu diberikan aroma strawberry, sehingga pas obat itu mau masuk
ke mulut, aromanya akan tercium dan kemudian membentuk ilusi di otak bahwa obat
pahit yang masuk ke mulut memang memiliki rasa strawberry.
Prinsip yang serupa dilakukan
sama produser FTV dan Sinetron. Dan Ilusi yang sama terjadi sama orang yang
jatuh cinta. Dua hal yang saya kritik melalui film Chocolate Taste Cat Poo.
Kita bahas dulu yang masalah FTV
dan Sinetron, yang diantaranya banyak menggadang – gadang permasalahan cinta.
Dalam perspektif saya, sebagai seorang filmmaker amatir. FTV dan Sinetron itu
TAI KUCING ! bahkan saya sebagai film maker AMATIR, tau betul bahwa acting yang
dipertunjukan pemerannya itu seringkali terlalu pura-pura. Padahal Slamet
Raharjo sebagai seorang maestro bilang Acting is not Pretending. Sudah
actingnya terlalu pura-pura, mereka memainkan cerita yang entah logika
penceritaanya bagaimana. Cerita Kacrut ga jelas dasar dan tujuannya. Belum lagi
ekstras-nya yang actingnya lebih kacrut dari acting orang yang sedang
memerankan orang gabisa acting. Kebayang ga tuh ?
Lantas saya mikir, Sutradaranya
ngapain ? mikirnya apa ? ko bisa-bisanya acting seperti itu dibiarkan muncul di
televisi nasional. Bisa-bisanya mengangkat cerita kacrut seperti itu untuk di
film-kan. Cerita sterotype yang digarap hanya dengan setting yang berbeda. Kalo
membunuh itu halal, maka mereka yang membuat FTV dan sinetron pasti sudah ada
di list saya karena mencederai seni peran, dan pencitraan melalui gambar
bergerak.
Disisi lain, produsernya cukup
cerdas. Kenapa ? karena mereka membangun ilusi dengan baik. Mereka mencari
aktor dan aktris yang cantik, yang bahkan beberapa diantaranya skill actingnya
sudah dikaui dan melakukan shooting di set dengan pemandangan yang baik.
Sehingga terbangun sebuah ilusi bahwa apa yang akan dipertontokan ini sesuatu
yang bagus. Sesuatu yang menyenangkan. Dan sayangnya, banyak orang Indonesia
yang jatuh dalam ilusi ini. Sehingga FTV dan Sinetron masih bisa tetap ada dan
eksis hingga saat ini.
Lanjut ke masalah cinta. Jatuh
Cinta . Namanya jatuh pasti sakit. Lantas kenapa jatuh cinta tidak ?
Ilusi. Lagi-lagi itu jawabannya. Orang
yang jatuh cinta, otaknya dibanjiri dengan senyawa Serotonin dan Dopamine.
Senyawa yang bisa membuat orang merasa senang. Sehingga apapun yang dilakukan
dengan mengatas namakan cinta pastilah terasa menyenangkan, walalupun banyak
diantaranya yang sebenernya self
destructive. Itulah kenapa cinta itu tolol ! dan banyak orang mati bunuh
diri karena cinta. Mereka memilih mati karena akhirnya menyadari betapa banyak
kesia-siaan yang telah mereka lakukan saat dimabuk serotonin dan dopamine. And
they just cant live knowing that they have ever done those shame on their life.
Kesimpulannya, Cinta itu Tai Kucing.
Dengan prinsip yang sama, Obat,
FTV/Sinteron, dan Cinta membangun ilusi pada manusia. Bedanya, Obat, sepahit
apapun itu akan membawa kebaikan pada diri kita. FTV/Sinetron dikemas semanis
apapun akan sangat sulit membawa kebaikan pada kita. Dan sebagai penengahnya,
Tuhan entah mengkaruniai atau menghukum kita dengan cinta. Yang bisa kapan aja
membawa kebaikan dan keburukan, yang bisa aja terkategori sebagai hal baik atau
buruk, the one that bitter and sweet at
the same time.
Whilst FTV/Sinetron will always
be a Chocolate Taste Cat Poo, Everything about Love will always be Blur. Love
can be the Chocolate, Love can be the Cat Poo. Though the reason is blur, God grants
us the choice to decide What Love will be to Us.
No comments:
Post a Comment