Konon katanya, Tuhan menciptakan alam semesta
dalam 7 hari. Yaa tujuh hari. atau seminggu. Tapi saya gamau membahas hal-hal
merepotkan semacam itu untuk kali ini, melainkan Saya cuma mau sedikit
bercerita tentang 7 hari pertama saya, di Pulau Dewata, sebagai arsitek.
So how did I got here ?
Jadi sekitar 5 bulan lalu, atau tepatnya di
penghujung bulan Oktober, saya yang sudah resmi lulus tapi belum di wisuda,
mencari tempat berkarir di beberapa kota selain Jakarta. Dan Bali adalah salah
satu pilihannya. Kemudian dengan memanfaatkan google, saya melakukan
penelusuran dengan keyword, “architecture
firm bali”. Lalu munculah sebuah studio bernama Inspiral Architects. Setelah
saya cek portfolio-nya, dan merasa tertarik, saya yang memang sedang kalap dan
centil mencari tempat berkarir, tanpa pikir panjang langsung mengirimkan email ke employment@inspiralarchitect.com.
Hal yang 4 bulan kemudian saya ketahui sebagai sebuah destined mistake.
28 lamaran dan 4 bulan kemudian,
ditengah-tengah 2 proses seleksi karir yang tengah saya jalani, berderinglah
telephone genggam saya dan muncul nomor tak dikenal dengan kode area bali dan
suara wanita di ujung sambungannya. Suara yang kemudian menjelaskan bahwa
mereka tertarik dengan portfolio saya dan berminat merekrut saya sebagai bagian
dari tim mereka. Selang satu hari kemudian, sang principle yang seorang British
dengan aksen kentalnya meng-interview saya via telephone dan menanyakan beberapa hal mulai dari your biggest ambition, sampai,
your favorit architect, hingga
akhirnya di akhir pembicaraan dia berkata, “so,
I’ll see you on Monday 24th ?” and three seconds plus one beat of a doubt
after I said, “yes. I’ll see you
And so I’m here now. In
Bali, as part of Inspiral Architects.
The Little Tree |
The Cafetaria of the Little Tree |
Inspiral Architects yang notabene merupakan
sebuah studio arsitektur muda mengingat usianya yang baru sekitar 4 tahun,
terletak di sebuah gedung kece dengan konsep green yang syahdu bernama “Little Tree”. Sebuah studio kecil beranggotakan 8 orang
arsitek, 1 orang MEP engineer, 2 orang admin, dan 1 orang principle asli british,
bernama Charlie a.k.a Eci a.k.a Charlie van Houten.
Charlie yang bisa dibilang masih tergolong
bocah jika dibandingkan principle lainnya yang usianya udah cukup legendary, dengan ketenangannya membawa
Insipral Architects sebagai studio dengan Projek-projek yang lumayan “unsual” and “daring”. Hingga saat ini,
studio muda ini berkembang pesat dan sedang dalam tahap ekspansi lumayan
besar-besaran.
The Inspiral Team |
Oiya ! tentang Destined Mistake. Jadi sebenernya meskipun di web tercantum secara gamblang
bahwa siapapun yang berminat menjadi bagian dari Inspiral Architect boleh
langsung email ke employment@inspiralarchitect.com
, dalam kenyataannya, email ini gak pernah dibuka. Sampai akhirnya di bulan
februari baru untuk pertama kalinya dibuka dan Cuma ada 7 orang aplikan yang
masukin dimana salah satunya adalah saya. Usut punya usut, ternyata untuk
aplikasi kerja diterima melalui primary email studio ini di info@insipiralarchitect.com.
The Tricky Information |
Yahh, Tuhan dengan rencana ajaibnya. Kalau bukan
karena 4 bulan masa transisi, mungkin saya akan merasa congkak karena bisa
langsung bekerja, kalau bukan karena 4 bulan masa transisi, saya gak lantas
mendapatkan berbagai kesempatan seleksi kerja menarik seperti misalnya direct assessment-nya Indonesia Mengajar,
dan mendapat tawaran menarik dari PT Cowell yang proses seleksinya berlangsung
di Yogya dan membuat saya bisa menyelesaikan beberapa loose ends, serta memberanikan diri mengucapkan “sampai jumpa”
secara personal biarpun cuma via sms.
Anyway, living in Bali this first week is
pretty fine. Sempat terdampar selama 2 jam tanpa kejelasan di Jalan bernama
namanya saat pertama tiba di Bali, dan bolak-balik Kuta tanpa tujuan yang jelas
di dua hari pertama. Hidup sudah mulai menemukan titik-titik kejelasannya
sekarang. Good office mates, good place to stay even if it’s pretty far from
the studio, good foods with fair price. And if everything goes well, which I hope
very much will, I plan on living, working, and studying here for two years. So,
wish me luck and Godspeed!
*
Sebelum sampai Bali, saya menyempatkan diri
main ke Yogyakarta yang saat itu sedang dirundung butiran debu untuk menghadiri
wisuda dan pelepasan my bro(s), membuat trailer untuk entry buronanfilm, dan mengurus
surat rekomendasi beasiswa. Entah karena kotanya, atau satu dua orang penduduk (sementaranya),
yang selalu memanggil rindu, meskipun hanya bermain seminggu, saya tetap merasa
agak berat meninggalkan Yogya (yang rencaannya For Good) untuk ketiga kalinya.
Maybe, this is just
maybe, it’s because I know or I feel that there’s one good “seed”, that if I stay
a little bit longer, and put some good touch on, will grow fast and big it’ll
give one good “fruit”.
In which what I mean
by the “seed” is her, and the “fruit” is happiness.
#sedap!
Oiya ! tolong bantu saya yaa biar film saya
bisa dikasih dana produksi 500 juta rupiah dan kesempatan tayang di jaringan
bioskop tanah air. Caranya gampang. Klik linknya, login via facebook or
twitter, confirm email, dan klik jempol di kiri bawah videonya. Yang madep ke
atas bukan kebawah.
I like your story.. kayaknya seru kerja disitu..
ReplyDelete