Abang
: Neng,
Eneng : iya bang?
Abang : abang ikhlas dah neng kalo ridwan kamil jadi gubernur dki asalkan ahok jadi presiden.
Eneng : hmm, kalo eneng sih bang, lebih ikhlas kalo ridwan kamil jadi presiden dan ahok jadi wakilnya.
Abang & Eneng : terus bu risma jadi gubernur dki!
Eneng : ihh ko kita barengan sih bang.....
Abang : hehehe.. Tapi neng,
Eneng : tapi apa lagi sih bang?
Abang : kayanya abang lebih ikhlas kalo eneng jadi wakilnya deh neng.
Eneng : ha? Yaa calzone bang..
Eneng mah apa atuh, cuma fansnya bang ipul yang selalu ai lop yu pul meskipun dapur kagak ngepul.
Abang : neng..
Eneng : tapi gapapa sih bang, eneng ikhlas ko jadi wakilnya ahok, meskipun si bapak suka marah-marah, tapi parasnya yang imut itu, selalu bikin hati eneng dag dig ser ngeliatnya. Ihihihihihi...
Abang : neng..?
Eneng : tapi jadi wakilnya ridwan kamil juga gpp sih, bapaknya ganteng, khas aa aa bandung kaya aa di warung burjo langganan kita itu bang.. Eneng ikhlas deh meskipun harus jadi yang kedua. Ihihihihihi....
Abang : neng!!
Eneng : !!!!
Abang : dengerin dulu!
Eneng : :((((((((((
Abang : maksud abang.....
Eneng : .....?
Abang : abang lebih ikhlas kalo eneng jadi wakil abang dalam membina rumah tangga kita...
Eneng : ihhhh.... Abang~~~~
Abang & Eneng : <3 span="">3>
Eneng : iya bang?
Abang : abang ikhlas dah neng kalo ridwan kamil jadi gubernur dki asalkan ahok jadi presiden.
Eneng : hmm, kalo eneng sih bang, lebih ikhlas kalo ridwan kamil jadi presiden dan ahok jadi wakilnya.
Abang & Eneng : terus bu risma jadi gubernur dki!
Eneng : ihh ko kita barengan sih bang.....
Abang : hehehe.. Tapi neng,
Eneng : tapi apa lagi sih bang?
Abang : kayanya abang lebih ikhlas kalo eneng jadi wakilnya deh neng.
Eneng : ha? Yaa calzone bang..
Eneng mah apa atuh, cuma fansnya bang ipul yang selalu ai lop yu pul meskipun dapur kagak ngepul.
Abang : neng..
Eneng : tapi gapapa sih bang, eneng ikhlas ko jadi wakilnya ahok, meskipun si bapak suka marah-marah, tapi parasnya yang imut itu, selalu bikin hati eneng dag dig ser ngeliatnya. Ihihihihihi...
Abang : neng..?
Eneng : tapi jadi wakilnya ridwan kamil juga gpp sih, bapaknya ganteng, khas aa aa bandung kaya aa di warung burjo langganan kita itu bang.. Eneng ikhlas deh meskipun harus jadi yang kedua. Ihihihihihi....
Abang : neng!!
Eneng : !!!!
Abang : dengerin dulu!
Eneng : :((((((((((
Abang : maksud abang.....
Eneng : .....?
Abang : abang lebih ikhlas kalo eneng jadi wakil abang dalam membina rumah tangga kita...
Eneng : ihhhh.... Abang~~~~
Abang & Eneng : <3 span="">3>
Abang & Eneng Episode 2 : Rakyat bicara politik.
Yep! Ridwan kamil emang udah secara
resmi menyatakan ketidak ikut sertaannya dalam PIlkada Gubernur DKI 2017, yang
mana adalah hal yang menarik, karena dengan pernyataan ini menunjukan tidak
hanya bahwa spekulasi yang berkembang di masyarakat terkait pencalonan Ridwan
Kamil menjadi Gubernur DKI adalah benar, tapi juga menunjukan bahwa sebenarnya
ada ketertarikan dari Ridwan Kamil sendiri untuk mengisi posisi itu.
“Semua indah pada waktunya” itulah sebelumnya
yang selalu dikatakan Ridwan Kamil setiap kali diwawancara terkait isu ini. Dan
inilah keindahan itu. Sebuah ketegasan sikap untuk menunaikan tuntas amanah
yang diberikan warga bandung padanya, tidak seperti you know who yang gak mikir
gak mikir tapi akhirnya you know lah.
Memang seharusnya seperti ini, saya
sendiri sebagai orang yang lahir dan dibesarkan di Jakarta meskipun berktp Bekasi
merasa heran, kenapa dari sekian banyaknya orang hebat di Jakarta, nama yang
beredar menjadi calon gubernur DKI justru orang orang luar Jakarta, yang
sesungguhnya tengah mengemban amanat di Kota yang dipimpinannya masing masing?
Trio Senin | Sumber |
Apa kita sebegitu kekurangannya pemimpin
berkualitas? Apakah kita sebegitu Jakarta-sentrisnya sehingga ketika melihat
ada pemimpin hebat di Kota lain, langsung saja kehendak berkata kita bawa saja
doi memimpin kota kita? Atau, hanya belajar dari keberhasilan you know who yang
sekarang telah menjadi you know lah? Hmm, entahlah, saya rasa cukup tidak adil
ketika pemimpin pemimpin berpotensi ini, harus direkrut ke Jakarta untuk
menyelesaikan masalah Jakarta sementara kota yang tengah diamanatkan padanya
memiliki Hak yang sama untuk dikembangkan dan diselesaikan permasalahannya.
Sedangkan untuk Jakarta sendiri, jika
bukan Pak Ahok yang cukup bisa dipercaya meskipun badai bad news guys kian
menerpa yang dipercaya melanjutkan amanatnya, selalu ada orang seperti saya
yang jelas kejeniusannya yang siap mengemban amanat itu. Saya juga arsitek dan
ganteng seperti Ridwan Kamil, tegas dan berdedikasi tinggi seperti Bu Risma,
dan tentunya tangguh dan berani seperti pak Ahok. Dan yang terpenting, saat ini
saya tidak sedang diamanatkan di kota lain, sehingga tidak perlu ada hati hati
para pendukung yang terluka karena ditinggalkan dengan dalih mengemban amanat
yang lebih tinggi.
Ah masa? | Sumber |
Bicara soal persamaan hak, negara kita
yang aduhai ini sedang sibuk dengan isu LGBT. Seru sekali, sebuah negara yang
bahkan belum bisa mengakui pernikahan beda agama dan masih sibuk sensor belahan
dada sudah berani berani bicara LGBT. Dalam hemat saya, negara ini masih belum
jelas mau membawa dirinya kemana, secara prinsip maunya berpegang pada norma
dan budaya, tapi kita realistis aja, norma dan budaya yang mana yang dimaksud? Wong
kebaya saja yang jelas warisan budaya disensor.
Di sisi lain, mau menyesuaikan diri pada
perkembangan jaman yaa masih takut-takut, takut gak sesuai sama nilai norma dan
budaya. Sekali lagi, norma dan budaya mana yang dimaksud? Norma budaya timur? Yang
mana? Paham saya ko ya norma dan budaya ini nasibnya sama gak jelasnya kaya
dsb, dan dll diujung kalimat. Yaa kita sama sama tahu aja, tapi kita juga sama
sama tahu aja kalo apa yang kita sama sama tahu aja ini mungkin berbeda
maksudnya.
Mungkin saya perlu belajar sejarah lagi
seperti nasib seorang penulis yang sejarah versinya terlalu banyak unsur dsb
dan dll sehingga menjadi agak anu. Mungkin saya perlu mendalami nilai nilai
norma dan budaya nusantara warisan para leluhur bangsa. Atau mungkin saya haurs
lebih menjiwai nilai nilai Pancasila sehingga saya bisa lebih menjadi seperti
masyarakat teladan yang kerap berbagi link link berita dan informasi di media
sosialnya. Mungkin selain sejarah, norma, budaya, dan Pancasila, saya harus
belajar hal-hal lain dan sebagainya supaya saya bisa lebih Menjadi Indonesia.
Menjadi Indonesia | Sumber |
Kembali ke perkara LGBT, sejujurnya saya
yang jenius ini kurang paham apa sebenarnya persamaan hak yang mereka bela. Karena
ketika mereka berkata mereka berhak mendapatkan perlindungan, hak berekspresi,
menyatakan pendapat,dll,dsb yaa sebenarnya negara sudah menjamin itu karena itu
adalah bagian dari hak hak kalian sebagai warga negara. Sekarang apa perlu
negara membuat undang udang khusus perlindungan masyarakat LGBT? Bukannya ini
malah menyimpang yaa dari keinginan untuk mendapatkan persamaan?
Saya paham, bahwa dalam kenyataannya
masih banyak orang orang yang mendiskriminasi kaum LGBT, masih banyak juga
penegak hukum yang tutup mata ketika diskriminasi itu dilaporkan atau malah
ikut mendiskriminasi dan mencemooh. Tapi ingatlah, bahwa negara sudah menjamin
kita semua termasuk kalian para masyarakat LGBT terkait segala bentuk
diskriminasi.
Perkara penerapannya masih banyak kekurangan, yaa mau gimana
lagi, sekedar info, bahwa diskriminasi terjadi kepada siapapun terlepas dari
preferensi seksual dan gender mereka. Ada orang yang didiskriminasi karena
ukuran tubuhnya, karena level kecerdasannya, karena rasnya, karena bapaknya
bukan ningrat, karena kakeknya bukan pemilik spbu, karena bajunya gak dicuci
dengan deterjen yang bintang iklannya pemain sinetron masa lalu, karena
handphonenya masih seri 3 padahal seri 6 udah beredar dengan hanya perubahan
minor namun marketing yang aduhai, dll, dsb. Lantas apa setiap bentuk
diskriminasi ini harus dibuat udang udangnya? Kasian orang yang kuliah hukum
dong nanti bukunya makin tebel. Toleransi lah sama mereka juga. Biar gimanapun
juga kan mahasiswa hukum juga manusia. Yang disela sela waktu kuliahnya juga
pengen nobar ILC di burjo terdekat.
Diskriminasi ini sebetulnya masalah
preferensi dan kekerdilan referensi. Sifatnya orang ke orang, sama kasusnya
kaya orang yang suka duren ngatain orang ga suka duren bego. Emang brengsek aja
itu orang yang suka duren. Dan ketika berbicara tentang mengedukasi masyarakat,
bahwa LGBT bukan penyakit, bukan bahaya, dan masyarakat resisten terhadap itu,
yaudahlah… ya emang orang beda beda, masyarakat diedukasi sama hal yang jelas
jelas bener kaya harus buang sampah ditempatnya aja susah, apalagi yang masih
abu abu kaya LGBT.
Damn Right | Sumber |
Sabar aja bro sis, kalian mungkin
mereferensikan negara negara yang sudah mengakui LGBT dengan jalan salah
satunya mengakui pernikahan sesame jenis, tapi bahkan di negara negara seperti
inipun, diskriminasi terhadap LGBT akan tetap ada. Kenapa? Karena balik lagi,
ini masalah preferensi, personal. Sifatnya orang ke orang. Negara mungkin
mengakui, tapi apa seluruh masyarakat yang menjadi bagian dari negara lantas
juga mengakui? Yaa nggak juga. Coba aja nonton film tangerine dan kalian akan lihat waria yang ditimpuk pake air seni. Pun begitu di negara ini yang belum bisa
mengakui, apa lantas semua masyarakat yang menjadi bagian dari negara lantas
juga ga mengakui? Yaa nggak juga. Coba aja baca twit twitnya joko anwar yang sangat vocal mendukung lgbt.
Nah, kalo kalian berharap negara ini
bisa mengakui, maka kalian delusional kakak… negara ini tuh all about citra
coy, apapun yang terjadi, kita akan selalu berlindung dibalik kata tidak sesuai
dengan norma dan budaya. Yang penting kalo dipublik ngomong gini biar keliatan
konsern sama ini, padahal mah sehari harinya
yaa kita sama sama tahu aja lah.
Duh jadi panjang kan.
Anyway, kita sama sama tahu aja lah yaa
apa yang saya maksud mengakui.
Yamon~~
Hubungan Sama Gambarnya Aco | Sumber |
Okay, bad news guys, tulisan saya sudah
kepanjangan, tadinya saya mau menulis tentang kegelisahan saya terhadap hal
hal anu dan tindak tanduk nganu yang berlindung dibalik nama islam yang sudah
lama banget saya mau anuin. Tapi kata ridwan kamil, semua indah pada waktunya. Timbang
saya tulis panjang lebar sekalian di sini lalu kalian cuma skiming skiming cantik
aja dan miss the point, mending kita tunda saja sampe langit menyampaikan mood
menulis saya berikutnya.
Saya tahu tulisan saya menarik, dan
kalian akan kecewa pada berakhirnya postingan ini. Dan untuk itu, saya hanya bisa
berkata, Bertahanlah. Mengacu pada salah satu warisan budaya kita supaya saya
tercitra nusantarais, Jika ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi,
jika ada sumur panjang sampai kita jumpa lagi.
Sungguh kata kata yang indah dan penuh
nilai budaya. Tapi realitanya, kalo ada sumur di ladang dan kalian seenaknya
numpang mandi, kalian bisa diteriakin maling dan jika beruntung berakhir di bui.
Jika tidak, kalian bisa diarak keliling kampung sambil diteriakin penuh
diskriminasi, atau jika lebih tidak, kalian bisa berakhir dalam bara api.
Sekian dari saya, nama saya Hendro
Prasetyo, principle of Artdicted Studio.
Peace, Love, and Gaul.
No comments:
Post a Comment