Sunday, March 2, 2014

Report from The Little Tree

Konon katanya, Tuhan menciptakan alam semesta dalam 7 hari. Yaa tujuh hari. atau seminggu. Tapi saya gamau membahas hal-hal merepotkan semacam itu untuk kali ini, melainkan Saya cuma mau sedikit bercerita tentang 7 hari pertama saya, di Pulau Dewata, sebagai arsitek.

So how did I got here ?

Jadi sekitar 5 bulan lalu, atau tepatnya di penghujung bulan Oktober, saya yang sudah resmi lulus tapi belum di wisuda, mencari tempat berkarir di beberapa kota selain Jakarta. Dan Bali adalah salah satu pilihannya. Kemudian dengan memanfaatkan google, saya melakukan penelusuran dengan keyword, “architecture firm bali”. Lalu munculah sebuah studio bernama Inspiral Architects. Setelah saya cek portfolio-nya, dan merasa tertarik, saya yang memang sedang kalap dan centil mencari tempat berkarir, tanpa pikir panjang  langsung mengirimkan email ke employment@inspiralarchitect.com. Hal yang 4 bulan kemudian saya ketahui sebagai sebuah destined mistake.

28 lamaran dan 4 bulan kemudian, ditengah-tengah 2 proses seleksi karir yang tengah saya jalani, berderinglah telephone genggam saya dan muncul nomor tak dikenal dengan kode area bali dan suara wanita di ujung sambungannya. Suara yang kemudian menjelaskan bahwa mereka tertarik dengan portfolio saya dan berminat merekrut saya sebagai bagian dari tim mereka. Selang satu hari kemudian, sang principle yang seorang British dengan aksen kentalnya meng-interview saya via telephone dan menanyakan beberapa hal mulai dari your biggest ambition, sampai, your favorit architect, hingga akhirnya di akhir pembicaraan dia berkata, “so, I’ll see you on Monday 24th ?”  and three seconds plus one beat of a doubt after I said, “yes. I’ll see you

And so I’m here now. In Bali, as part of Inspiral Architects.

The Little Tree

The Cafetaria of the Little Tree


Inspiral Architects yang notabene merupakan sebuah studio arsitektur muda mengingat usianya yang baru sekitar 4 tahun, terletak di sebuah gedung kece dengan konsep green yang syahdu bernama “Little Tree”.  Sebuah studio kecil beranggotakan 8 orang arsitek, 1 orang MEP engineer, 2 orang admin, dan 1 orang principle asli british, bernama Charlie a.k.a Eci a.k.a Charlie van Houten.

Charlie yang bisa dibilang masih tergolong bocah jika dibandingkan principle lainnya yang usianya udah cukup legendary, dengan ketenangannya membawa Insipral Architects sebagai studio dengan Projek-projek yang lumayan “unsual” and “daring”. Hingga saat ini, studio muda ini berkembang pesat dan sedang dalam tahap ekspansi lumayan besar-besaran.


The Inspiral Team


Oiya ! tentang Destined Mistake. Jadi sebenernya meskipun di web tercantum secara gamblang bahwa siapapun yang berminat menjadi bagian dari Inspiral Architect boleh langsung email ke employment@inspiralarchitect.com , dalam kenyataannya, email ini gak pernah dibuka. Sampai akhirnya di bulan februari baru untuk pertama kalinya dibuka dan Cuma ada 7 orang aplikan yang masukin dimana salah satunya adalah saya. Usut punya usut, ternyata untuk aplikasi kerja diterima melalui primary email studio ini di info@insipiralarchitect.com.


The Tricky Information


Yahh, Tuhan dengan rencana ajaibnya. Kalau bukan karena 4 bulan masa transisi, mungkin saya akan merasa congkak karena bisa langsung bekerja, kalau bukan karena 4 bulan masa transisi, saya gak lantas mendapatkan berbagai kesempatan seleksi kerja menarik seperti misalnya direct assessment-nya Indonesia Mengajar, dan mendapat tawaran menarik dari PT Cowell yang proses seleksinya berlangsung di Yogya dan membuat saya bisa menyelesaikan beberapa loose ends, serta memberanikan diri mengucapkan “sampai jumpa” secara personal biarpun cuma via sms.

Anyway, living in Bali this first week is pretty fine. Sempat terdampar selama 2 jam tanpa kejelasan di Jalan bernama namanya saat pertama tiba di Bali, dan bolak-balik Kuta tanpa tujuan yang jelas di dua hari pertama. Hidup sudah mulai menemukan titik-titik kejelasannya sekarang. Good office mates, good place to stay even if it’s pretty far from the studio, good foods with fair price. And if everything goes well, which I hope very much will, I plan on living, working, and studying here for two years. So, wish me luck and Godspeed!

Sebelum sampai Bali, saya menyempatkan diri main ke Yogyakarta yang saat itu sedang dirundung butiran debu untuk menghadiri wisuda dan pelepasan my bro(s), membuat trailer untuk entry buronanfilm, dan mengurus surat rekomendasi beasiswa. Entah karena kotanya, atau satu dua orang penduduk (sementaranya), yang selalu memanggil rindu, meskipun hanya bermain seminggu, saya tetap merasa agak berat meninggalkan Yogya (yang rencaannya For Good) untuk ketiga kalinya.

Maybe, this is just maybe, it’s because I know or I feel that there’s one good “seed”, that if I stay a little bit longer, and put some good touch on, will grow fast and big it’ll give one good “fruit”.

In which what I mean by the “seed” is her, and the “fruit” is happiness.  

#sedap!

Oiya ! tolong bantu saya yaa biar film saya bisa dikasih dana produksi 500 juta rupiah dan kesempatan tayang di jaringan bioskop tanah air. Caranya gampang. Klik linknya, login via facebook or twitter, confirm email, dan klik jempol di kiri bawah videonya. Yang madep ke atas bukan kebawah.



1 comment: