Eneng :
Bang,
Kenalin ini Bapak, Eneng udah cerita perkara keseriusan Abang yang ingin
meminang Eneng ke Bapak, tapi sebelumnya… Bapak punya beberapa pertanyaan buat
Abang.
Bapak :
Mlintir mlintir kumis sambil menatap tajam.
Ke kardus martabak di dalem plastic yang
tergantung syahdu di tangan abang.
Abang :
Monggo pak,
ini Martabak Netto, Martabak Keju terenak di Bali setelah Martabak Awen dengan
harga yang lebih terjangkau. Cuma minus butter, tapi adonannya sama lembutnya.
Bapak :
Martabak?! Ini
namanya Terang Bulan! Martabak itu asin. Pake telor ayam atau bebek. Kalo manis
yaa bukan martabak!
Lalu melahap martabak langsung satu potongan. Tidak
digigiti sedikit demi sedikit karena begitulah cara pria sejati
mengkonsumsinya.
Eneng :
Senyum-senyum ke abang dengan teratur
Bapak :
Ehm! Menyeruput kopi.
Let’s get
serious son.
Abang dan
Eneng :
Liat-liatan
Bapak :
Kamu
muslim?
Abang :
Alhamdulillah
Pak.
Bapak :
NU?
Abang :
Hah? Gak pak.
Bapak :
Ohh,
Muhamadiyah?
Abang :
Mmm, gak
juga pak..
Bapak :
Islam
Nusantara!?
Abang :
Hah? Apa itu
pak?
Bapak :
Piye toh
iki? Dudu kabeh..
Jangan-jangan
Syiah yaa kamu?!!!
Abang :
Enggak pak..
Bapak :
Sunni?!
Abang :
mmm.. mung,
mungkin pak…?
Bapak :
Lhoo piye
toh? Ko mungkin?!
Abang :
….
Bapak :
Kamu
Sholat?
Abang :
Alhamdulillah
pak.
Bapak :
Puasa?
Abang :
Alhamdulillah
pak, minimal Puasa Ramadhan sama Puasa Arafah.
Bapak :
Zakat? Dibayar?
Abang :
Alhamdulillah
Pak.
Bapak :
Haji?
Abang :
Insyaallah
Pak, Kalo Allah kasih izin, rezeki, umur dan kesehatan.
mmm. maunya
nanti sama eneng juga pak..
Eneng :
Senyum senyum teratur
Bapak :
Bapak
diajak juga gak?!
Abang :
Insyaallah
Pak.
Sama Bapak
Ibu dirumah juga nanti. Dibantu doa saja pak.
Bapak :
Kamu PKS?
Abang :
Enggak pak.
Bapak :
Pantes
celananya gak digulung
Abang :
Hmm. Memang
kalo celananya digulung pasti PKS pak?
Bapak:
Yaa ndak
juga sih.
Jenggot?
Kenapa jenggot kamu tipis? Kamu cukur yaa?
Abang :
Ohh, ini
gak pak, memang keluarga saya gak bisa jenggotan tebal seperti bapak.
Tapi yaa
ini memang kadang kadang saya potong sih pak, biar rapih saja.
Bapak :
Koyok wedok
wae jenggot mbok cukur!
Sambil mengelus-ngelus jenggotnya
Abang :
Mmm, mohon
maaf pak sebelumnya.
Memangnya
perempuan cukur jenggot yaa pak?
Bapak :
Yaa ndak
juga sih.
Lalu hening…
Bapak :
Kamu bukan
NU, bukan Muhamadiyah, bukan Islam Nusantara, bukan Syiah, tapi kamu juga gak
yakin kalo kamu Sunni..
Abang :
Bukan PKS
juga pak.
Bapak :
Terus kamu
apa!?
Abang :
Saya Muslim
Pak.
Saya
mungkin tidak tahu apakah saya ini Syiah atau Sunni, NU atau Muhamadiyah..
atau
Nusantara.
Dan sekali lagi mohon maaf sebelumnya Pak, tapi
setahu saya PKS itu Partai Politik Pak, saya tidak tahu kenapa PKS ada di
rentetan pertanyaan terkait Golongan-golongan Islam yang bapak berikan ke saya.
Dan kalau
boleh menambahkan, saya juga tidak tahu apakah saya termasuk kategori
konservatif, sekuler, moderat, liberal atau fundamentalis.
Saya tidak
tahu mana yang benar, menuliskan inshaallah pake H, atau insyallah pake Y.
Saya juga
tidak tahu apa itu Salafi dan Wahabi.
Dan apa
pengaruhnya semua golongan, kategori, dan nama-nama ini terhadap religiusitas
saya.
Bapak :
Piye toh
koe, Kabeh ora reti.
Abang :
Pak..
dengan segala hormat,
Banyak yang
saya tidak ketahui dalam hidup ini.
Tapi saya
tahu dan yakin betul pak,
Kalau saya
ini seorang Muslim.
Tuhan saya
hanyalah Allah SWT,
Rasul saya
Nabi Muhammad SAW,
Dan Kitab
Suci saya Al-Quran.
Saya juga cukup
yakin, semua golongan yang bapak sebutkan, juga memiliki keyakinan yang sama.
Bapak :
….
Abang :
Satu hal
lagi yang saya tahu dan yakin betul pak,
Bahwa saya
menyayangi Eneng dan ingin Eneng menjadi Istri dan kelak ibu bagi anak-anak
saya Pak.
Cucu-cucu
bapak.
Bapak :
Hmmm..
My grandchildren.
Eneng :
Senyum-senyum teratur sambil ngusap air mata
haru.
Bapak :
All right son,
You got my permission.
Kamu
mungkin tidak tahu banyak hal, tapi kamu tahu apa yang esensial dan kamu
meyakini hal yang benar. Kalau buat Eneng itu cukup, maka buat Bapak itu cukup.
Bapak
yakin, kamu bisa jadi imam yang baik buat cucu-cucu bapak.
Abang :
Alhamdulillah,
terima kasih Pak.
Monggo,
dimakan lagi martabaknya Pak.
Tidak seperti
Beng-Beng, Martabak lebih enak selagi hangat.
Bapak :
Mendelik
Nak,
pertama-tama, ini Terang Bulan. Bukan Martabak. Ini esensial nak, kamu harus tau.
As for the Beng-Beng, so you’re saying that
Beng-Beng is better serve cold than as it is?
Abang :
……
i.. i… iya
pak…..?
Bapak :
We’ll work it out son.
We’ll work it out.
Menjadi seroang Muslim di era informatika rasanya seperti ada tantangan
tersendiri. Persebaran info yang cepat tanpa diimbangi dengan kemampuan mengritisi
dan mencerna informasi, ditambah rendahnya minat baca yang berbanding sangat
tidak lurus dengan minat ngeshare yang
menggelora membuat kita kebanjiran informasi yang tak jarang membuat lara hati.
Yoi.
Batman Says it | Sumber |
Paska aksi 411, beberapa orang dengan santainya menggolongkan
orang-orang yang tidak setuju dengan gerakan itu sebagai orang munafik. Sebagai
salah seorang yang tidak setuju, meskipun tulisan itu tidak ditujukan secara
khusus untuk saya, rasanya sedih sekali ko yaa saya dibilang munafik. Saya
sempat bertanya pada nurani, apa iya saya ini munafik? Lalu saya ingat, bahwa
baik di sekolah, ataupun di TPA saya pernah diajarkan bahwa ciri orang munafik
dalam islam itu ada tiga.
- Bila Berkata Bohong
- Bila Berjanji Ingkar
- Bila Dipercaya Khianat
Saya memang tidak setuju dengan gerakan ini. Tapi saya tidak merasa
bohong, tidak ingkar janji, dan tidak mengkhianati siapapun sepanjang pengetahuan
saya. Terutama dalam kaitannya terhadap gerakan ini. Lantas kenapa saya jadi
disebut munafik?
Lanjut bicara tentang pendidikan Agama di sekolah-sekolah, ada yang rasanya
janggal bagi saya. Selama 12 tahun mendapatkan pelajaran Agama di sekolah, 1
semester saat kuliah dan tambahan di TPA dan TPQ selama saya SD, saya tidak
ingat pernah diajarkan apa itu syiah, sunni, salafi, wahabi, NU, Muhamadiyah
dan apalagi Islam Nusantara. Belum lagi ada istilah JIL yang jujur saja seperti
yang juga sudah disampaikan oleh Abang, saya tidak mengerti apa esensinya semua
ini terhadap relijiusitas saya.
Saya ingatnya selama di sekolah saya diajarkan tata cara sholat, baik yang
wajib ataupun yang occasional seperti sholat jenazah. Saya mendapatkan ujian
tata cara berwudhlu dari SD, SMP, dan saya ingat sekali pernah diuji pada saat
kuliah. Saya ingat betul karena saya ditanya oleh Dosen saya setalah berkumur
airnya dibuang kemana dan saya jawab ke bawah. Saya tidak tahu bahwa yang
sebenarnya yang ditanya itu apakah dibuang ke kanan atau ke kiri. Lagi lagi, saya
tidak mengerti esensinya. Perkara ciri orang munafik juga sering diulang, sama
seperti pertanyaan wajib mengenai berapa liter beras untuk zakat fitrah lengkap
dengan ujian niat dan tata caranya. Tapi tidak sekalipun saya ingat pernah
disebutkan perkara golongan-golongan atau kategori yang sudah saya sebutkan.
Pertanyaannya adalah Kenapa?
Apakah ini dirasa tidak esensial untuk diajarkan di sekolah-sekolah? Jika
memang tidak dirasa esensial, pertanyaannya berlanjut menjadi kenapa tidak? Jika
tidak esensial kenapa istilah-istilah asing ini mendadak muncul begitu banyak
di artikel-artikel islami yang beredar di dunia maya?
Naon? | Sumber |
Asking the why.
Of all the 5W1H questions, one that intrigues me the most is always the
why. And I believe it’s very essential especially at the time where information
just flooded literarily within our hand. This is what I feel is heavily lacking
and sadly it’s not just the Why, it’s not even the whole 5W1H. Sadly speaking, I
feel like there are too many people out there with their smartphone who doesn’t
even raise questions in the first place. They have been outsmarted with their
phone, believe everything they read while there are more HOAX than truth flying
around the media.
Just because it’s called smartphone, doesn’t mean everything that comes
out of it is smart. Truth is, there are more stupid shit comes from it. And
yes, I’m not talking about 9Gag stupid or Tahilalat stupid, because both are
more of genius instead.
Tahilalats ni coy | Sumber |
Okay, let’s get back to the why.
And this is where things gonna get sensitive. So please, calm your
horses and be as open minded as you can before you enter this premises.
Saya sangat menghormati gerakan, atau aksi, atau demo atau apa yang
paling nyaman di kepala saya yang saya sebut sebagai gathering. Yaa, saya sedang membicarakan tentang gathering 411 dan 212. Bagi saya ini
adalah pertemuan yang sangat epic. Sukses menunjukan ukhuwah Islamiyah, dan
saya cukup yakin, kalau saya ada di situ, saya akan merasakan haru karena
energinya pasti sangat menyentuh. Sholat
subuh berjamaah dan jumatan dalam skala sebesar itu, bagi-bagi sari roti, bakpao,
dan ketoprak, I’ve got to admit, it’s
something.
The thing is, I just can’t help but
to wonder, Why?
Kenapa? Kenapa susah mencari ketoprak di Bali?
Sejujurnya saya tidak mengerti kenapa harus melakukan semua ini,
tujuannya apa, latar belakangnya apa? Rhetorically
speaking, semua ini akan kembali kepada Ahok dan pernyataan kontroversialnya
yang dirasa dan tengah diselidiki apakah benar memang menistakan agama. Well he did said “dibohongi pake surat
Al-Maidah” which is stupid. But, without any
intention to defend him, I’ve got to say, people makes mistakes all the time. It’s
what makes us human. It was a spur of the moment thing and while again, it’s
stupid, if everyone should be jailed and heavily demonstrated because of it, we’ll
all be either in jail or heavily demonstrated. Or no one will be demonstrated
because everyone should be the object of the demonstration.
Yap! Cari ribut banget bagian pentingnya pake Bahasa Inggris. Pake Bahasa
Indonesia aja suka dipelintir dan salah dimengerti padahal. Tapi yauds lah yew..
wis kadung.
Jadi gini guys, untuk memperjelas posisi saya. Karena rasanya itu
penting akhir-akhir ini.
Apakah menurut saya Ahok salah karena mengatakan “dibohongi pake surat
Al-Maidah”? Ya
Apakah menurut saya Ahok harus dipenjara karenanya? Tidak
Apakah saya pendukung Ahok? Tidak
Apakah saya anti Ahok? Tidak
Apakah saya setuju dengan Demo/Aksi/Gerakan/Gathering 411, 212? Tidak
Kenapa? Rasanya energy ini terlalu besar kalau tujuannya semata untuk
memenjarkan Ahok. Yaa saya tahu nama aksinya adalah gerakan bela Islam, dan
dari namanya jelas bahwa tujuannya adalah membela Islam. Tapi outcome yang diharapkan dari aksi ini
saya yakin adalah Ahok masuk penjara. Yang mana jujur saja, saya pesimis akan
hal ini. Anggap saja kita sama-sama tahu kenapa.
Kalo Ahok sudah dipenjara lantas apa? Lagi lagi bicara retoris, Ahok
dirasa sebagai pelanggar hukum, sudah sepantasnya dipenjara. Tapi terus apa?
Yasudah tidak ada apa-apa, semua orang akan kembali ke kehidupan normal yang
mengalir bersama arus sungai saja.
Kalo Ahok tidak dipenjara lalu gimana? Apa mau demo terus sampe lebaran
kuda seperti kata pak SBY?
Lebaran Kuda | Sumber |
Ihh, Kamu kok nyinyir sih Ndro?
Aksinya positif, tujuan berdasarkan namanya mulia, aksi berjalan damai,
epic, dipenuhi dengan Doa, Dzikir, muslim saling mendukung baik dalam perkara
konsumsi, transportasi, hingga ke pijat, bahkan nama penjaganya saja Pasukan Asmaul
Husna.
Saya juga tidak tahu kenapa. Saya memang suka bertanya dan hampir selalu
mempertanyakan segala hal. Saya cuma tidak habis pikir energy sepositif ini,
gerakan se-epic ini, semua hanya habis untuk memenjarakan satu orang. Satu.
Orang. Ahok.
Sayang ga sih?
((Sama Aku?))
Ndro! Ini gerakan membela Islam. Hukumnya wajib bagi kaum muslimin.
Okay,
Tapi sayang ga sih?
((Sama Aku?))
Ndro AHH!!!
Okay,
Tapi sayang ga sih?
Ngomong sama aku lagi gw tampol lo.
HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA
Serius, Sayang ga sih? Kaya bayangin deh kalo aksi membela Islam ini
senantiasa ada, dan energy se-epic dan sepositif ini outcomenya menjadi membela
Islam dalam konteks yang lain. Misalnya, anggap lah semua peserta aksi yang
datang patungan seribu-seribu, kali 1 juta orang yang datang. Sudah jadi 1
Miliar. 1 Miliar loh, 0nya ada 9. Saya sudah cek di kalkulator.
Bisa jadi 10 rumah sederhana atau lebih kalo kategorinya rumah sangat
sangat sederhana. Berikan ke saudara-saudara muslim, atau gak harus muslim tapi
sebangsa yang gak punya rumah. Yang besoknya ada kemungkinan disamperin preman
atau abis pulang kerja tiba-tiba barang-barangnya udah berantakan di depan
kontrakan.
Atau gotong-royong, jalan ke pelosok-pelosok, cariin desa yang gak punya
jembatan, atau jembatannya rusak, bangun jembatan biar ga ada lagi photo anak
sekolah yang kaya lagi main fear factor. Beliin
solar panel ke desa-desa yang masih ga ada listrik biar anak-anak bisa ngerjain
PR di malam hari, biar ba’da magrhib bisa ngaji kaya jaman saya kecil dulu. Biarlah
sore kita main bola aja karena sekolah, main dan ngaji itu sama pentingnya.
Atau mari menyelamatkan bumi dan Jakarta yang sudah hampir tenggelam,
tanam dan pelihara pohon, kelola sampah dengan lebih baik. Hemat air, hemat
listrik, perbanyak berjalan kaki dan gunakan transportasi umum, better yet, sedikan transportasi umum. Kenapa
harus tunggu pemerintah kalo kita bisa sediakan sendiri? Misal patungan beli Bus lalu pasang stiker, Bus ini sumbangan kaum mulsimin Jakarta. Atau gausah pasang stiker biar ga riya. Ingatlah bahwa Allah
menjadikan kita manusia sebagai khlaifah di muka bumi. Maka bukankah dengan
menyelamatkan bumi kita juga tengah menjalankan agama kita? Dan bukankah ini
termasuk membela agama kita juga?
Bola adalah Teman | Sumber |
Yaa, saya tahu contoh saya semua arahnya cenderung konsumtif dan tidak directly membela islam. Tapi bukankah
dengan menolong sesama kaum muslimin kita juga memperkuat Agama kita?
Intinya, bagi saya ada energy yang sangat positif dan skalanya sangat masif.
Mari dipertahankan. Tapi kemudian disalurkan ke hal-hal lain yang juga tak
kalah esensial. Biar dunia lihat, bahwa kaum muslimin benar-benar adalah
merupakan rahmatan lil ‘alamin. By being a better muslim, we can show the world
how the true muslim really is, and thus we’re protecting the good name of
Islam. Isn’t it another way to defend or religion?
Saya ingat betul saya pernah menonton video yang judulnya it’s the best
time to be muslim. Dan poin paling utamanya adalah, There are billions of muslim in the world right now, imagine if all of
them is the exact copy of prophet Muhammad. Jumlah muslim ada miliaran lhoo
guys, gausah jauh jauh lihat dunia, lihat saja di Jakarta, ada jutaan orang
berkumpul bersama dan semuanya muslim. It’s
a true potential, and let’s use it for a better cause.
Ahok udah dijadikan tersangka, biarlah penyidik dan pengadilan yang
menentukan apakah dia benar bersalah atau tidak. Saya rasa kita sudah cukup
menyuarakan ketersinggunan kita sebagai kaum muslim atas ucapannya Ahok. Dan dia
seharusnya belajar banyak dari hal ini. Jika nanti dia kemudian dinyatakan
tidak bersalah, dan kemudian tetap maju dan bahkan menang menjadi Gubernur
Jakarta lagi, itu semua adalah kehendak Allah. Dan marilah kita belajar untuk
menerima dan tidak terus mencela dan mencaci maki.
Ahok, meskipun mulutnya liar dan perilakunya cenderung arogan, tetaplah
Gubernur yang menjalankan pekerjaannya dengan baik. Sudah jelas ada perubahan
yang dirasakan Jakarta dibawah kepengurusannya. Ingat yaa, kepengurusan, bukan
kepemimpinan, karena Gubernur, adalah pelayan rakyat. Kita adalah negara
demokrasi dan Rakyat adalah pemimpin tertinggi. Seenggaknya itulah yang
diajarkan di pelaran PPKn dan IPS. Biarlah semua ini menjadi pelajaran bagi
Ahok untuk membuatnya menjadi individu yang lebih baik. Niscaya, semua ini akan
menjadikannya pelayan rakyat yang lebih baik jika Allah mengizinkannya.
Pelayan Rakyat | Sumber |
Saya seperti halnya abang, memang
tidak tahu banyak tentang Islam, tapi, mengulang tulisan saya sebelumnya, ada
satu hal yang saya tahu pasti. Bahwa segala bentuk penindasan, kekerasan, aniaya,
pemukulan, tekanan, boikot, terror, eksekusi, bom bunuh diri, dan perang yang
mengatas namakan Islam, tidak akan membuat Islam menjadi agama yang disegani,
apalagi dihormati. Tidak akan membuat nama Islam menjadi lebih baik, dan tidak
akan membantu saudara-saudara sesama muslim di seluruh dunia.
As cliché as it is, a Christian American friend of mine once say, that religion, God, is about Love.
Saya Hendro Prasetyo, principle of Artdicted Studio. I’m a proud Muslim, and I urge you all muslims all over the world to spread love, because that’s what this world needs, and that’s one way to become rahmatan lil alamin. Remember guys, there are billions of us on the face of earth, let’s use this potential for a good cause. For humanity, for the earth, and of course, for our religion.
Drop Mic.
No comments:
Post a Comment