Friday, January 25, 2013

Skripsi Ekspress, Fringe, Sceptical and Possibilities


Fringe
Epic ending.  Pernah berpikir buat menginterogasi mayat ? pernah berpikir bahwa itu mungkin ? Well, fringe emang cuma serial televisi, tapi berdasarkan serial itu, secara teori seorang atau mungkin lebih tepat sebuah mayat masih mungkin untuk diinterogasi selama itu belum meninggal lebih dari 6 jam. Caranya ? silahkan nonton serialnya untuk lebih jelas.

Possibilities. My best Regards for JJ Abrams and friends for their tremendous works of creating Fringe. One Sci-fi Serial teaching me about human capabilities, all explained scientifically, yet I don’t understand even just a bit.

Tuhan menciptakan kita dengan kecerdasan yang luar biasa. Dengan kemampuan yang luar biasa, yang sayangnya banyak dari kita termasuk saya, belum banyak mengeksplornya. Kita sering terlalu meremehkan diri sendiri. Dengan gampangnya berkata, “ahh, itu sih gak mungkin !” , padahal belum nyoba. Padahal kalo dipikir-pikir lagi, secara teori itu memungkinkan. Tapi lagi-lagi, banyak dari kita kemudian mengatakan, “ahh, itu sih cuma teori !”

Saya mungkin emang kebanyakan nonton film, atau masih kurang dewasa untuk berpikir realistis, dan saya meyakini kalo saya masih sering terlalu naïf, terlalu optimistis, makanya sering kecewa. Tapi sisi baiknya, saya jadi berani melakukan berbagai hal, menantang diri saya, sekedar untuk membuktikan bahwa sesuatu mungkin untuk dilakukan. Atau untuk membuktikan, kalo saya bisa. Bahkan dalam jangka waktu tertentu, yang menurut orang ga mungkin. Dan dari situ, saya jadi banyak belajar hal baru.

Skripsi Ekspress. Seberapa ekspress? 4 hari ! “Ahh, itu sih ga mungkin!”  well, to be fair, emang bukan skripsi final sih, tapi saya berhasil mengerjakan draft skripsi saya, yang setara sama 75% dari skripsi saya, dalam 4 hari. Bahkan kalo dihitung dari jam kerja efektifnya, kalo ditotal ga sampe 24 jam. Again, to be fair, saya emang udah ngumpulin sebagian besar bahannya dari sebelum-sebelumnya. Dan saya udah nyelesain 90% 1 dari 5 bab sebelum 4 hari itu. Tapi lagi-lagi, kalo dihitung jam kerja efektifnya, kalo di total juga masih sekitaran 24 jam.

4 bab tersisa, 5 Hari sebelum deadline. Saya dengan bejatnya merencanakan buat menyusun skripsi satu hari satu bab. Dan karena masih sisa satu hari, saya dengan penuh kesadaran tinggi akan deadline, menggunakan H-5 sebagai hari terkahir buat merefresh pikiran. Yang saya dengan bejatnya ingkari, karena bahkan sampe H-1 juga saya masih banyakan main dan nonton Game of Thrones daripada nyusun skripsi.

But it’s done ! Dengan penuh pandangan remeh orang-orang disekitar bahwa saya akan sanggup menyelesaikannya, saya benar-benar berhasil menyelesaikannya. 4 Hari, 4 Bab. Dan saya telah menjalani dua kali siding skripsi di dua hari berbeda dengan dua dosen berbeda, yang hasilnya pun cukup memuaskan.

Saya bukan mau pamer saya bisa nyelesain draft skripsi saya dalam 4 hari, yang saya mau sampaikan adalah kita mampu ko kalo kita mau, kita bisa ko kalo kita yakin, tentunya dengan syarat selama Tuhan mengijinkan. 24 jam itu sebenernya banyak kalo kita bisa manfaatin dengan bijak. Walaupun saya sebagai mahasiswa arsitektur suka ngerasa kalo 24 jam itu cepet banget terutam di hari-hari  menjelang deadline.

Banyak dari manusia yang belum cukup berani untuk menghdiup hidupnya dengan mengeksplorasi dirinya dan sekitarnya. Mungkin karena ga semua dari kita diberi kemampuan lebih sama Tuhan buat bisa memahami hal-hal yang emang membutuhkan kecerdasan level tertentu untuk menegerti. Tapi bukan berarti kita terus terjebak sama zona nyaman kita. Terus melakukan apa yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang dan menjalani hidup seperti apa yang biasanya kita bisa.

Kebanyakan orang-orang disekitar Alexander Graham Bell pasti ga pernah repot-repot berpikir buat bisa berkomunikasi langsung jarak jauh sama saudara atau kerabatnya. Kebanyakan pasti menyamankan diri di zona tidak nyamannya, buat nyamperin orang itu atau kirim surat via burung hantu yang entah sampe atau ga. Tapi Alexander Graham Bell, orangnya ga suka repot. Makanya dia nemuin telephone. Pun begitu dengan penemu handphone yang males bawa-bawa receh buat make telephone umum atau introvert di box wartel. Atau bahkan alasannya lebih personal kaya pengen pacaran via telephone secara lebih private. Who knows ?

Menantang diri sendiri, atau menjalani tantangan yang diberikan dunia, atau sekedar teman kita. Apapun itu, selama ga terlalu membahayakan atau benar-benar diluar batas kemampuan kita sekarang. Baby Steps they say. Be a damn good Yes Man kaya Jim Carey, atau an awesome always Challenge Accepted man, kaya Barney Stinson. Yakinilah kalau kita mampu untuk mengerjakan suatu hal baru sebelum kita nyoba dan bener-bener gagal berkali-kali. Sekali lagi, Tuhan menciptakan kita dengan kemampuan untuk memungkinkan hal-hal yang bahkan belum terbayangkan. Kita Mampu, kalo kita Mau ! tinggal seberapa komitmen kita sama keinginan kita itu dan kehendak Tuhan yang menentukan tingkat keberhasilannya.






Anyway, saya masih ada semacam hutang buat ngebuktiin kalo saya bisa mainin satu lagu aja pake Saxophone dan waktu saya buat belajar dari 0 cuma tiga hari. Masalahnya saya gak punya Saxophone, mungkin kalo ada yang mau minjemin, saya akan dengan sangat senang hati melakukan tantangan itu. Sekalian ngebuktiin keabsahan postingan ini juga, dan mungkin menjadi awal dari ide saya buat bikin semacam kumpulan video dimana saya menjalani tantangan dari orang-orang. Kalo Myth Busters punya red-line acara ngebuktiin mana yang beneran bisa dilakuin dan ga dari sebuah film, saya punya red-line acara buat ngebuktiin sejauh apa kemampuan saya sebagai salah satu dari spesies manusia dalam mempelajari hal baru.  Saya yakin, itu pasti seru !

No comments:

Post a Comment