Saturday, December 3, 2016

Saya Hendro Prasetyo dan Saya Seorang Muslim | Part.2

Eneng :
Bang, Kenalin ini Bapak, Eneng udah cerita perkara keseriusan Abang yang ingin meminang Eneng ke Bapak, tapi sebelumnya… Bapak punya beberapa pertanyaan buat Abang.

Bapak :
Mlintir mlintir kumis sambil menatap tajam.
Ke kardus martabak di dalem plastic yang tergantung syahdu di tangan abang.

Abang :
Monggo pak, ini Martabak Netto, Martabak Keju terenak di Bali setelah Martabak Awen dengan harga yang lebih terjangkau. Cuma minus butter, tapi adonannya sama lembutnya.

Bapak :
Martabak?! Ini namanya Terang Bulan! Martabak itu asin. Pake telor ayam atau bebek. Kalo manis yaa bukan martabak!
Lalu melahap martabak langsung satu potongan. Tidak digigiti sedikit demi sedikit karena begitulah cara pria sejati mengkonsumsinya.

Eneng :
Senyum-senyum ke abang dengan teratur

Bapak :
Ehm! Menyeruput kopi.
Let’s get serious son.

Abang dan Eneng :
Liat-liatan

Bapak :
Kamu muslim?

Abang :
Alhamdulillah Pak.

Bapak :
NU?

Abang :
Hah? Gak pak.

Bapak :
Ohh, Muhamadiyah?

Abang :
Mmm, gak juga pak..

Bapak :
Islam Nusantara!?

Abang :
Hah? Apa itu pak?

Bapak :
Piye toh iki? Dudu kabeh..
Jangan-jangan Syiah yaa kamu?!!!

Abang :
Enggak pak..

Bapak :
Sunni?!

Abang :
mmm.. mung, mungkin pak…?

Bapak :
Lhoo piye toh? Ko mungkin?!

Abang :
….

Bapak :
Kamu Sholat?

Abang :
Alhamdulillah pak.

Bapak :
Puasa?

Abang :
Alhamdulillah pak, minimal Puasa Ramadhan sama Puasa Arafah.

Bapak :
Zakat? Dibayar?

Abang :
Alhamdulillah Pak.

Bapak :
Haji?

Abang :
Insyaallah Pak, Kalo Allah kasih izin, rezeki, umur dan kesehatan.
mmm. maunya nanti sama eneng juga pak..

Eneng :
Senyum senyum teratur

Bapak :
Bapak diajak juga gak?!

Abang :
Insyaallah Pak.
Sama Bapak Ibu dirumah juga nanti. Dibantu doa saja pak.

Bapak :
Kamu PKS?

Abang :
Enggak pak.

Bapak :
Pantes celananya gak digulung

Abang :
Hmm. Memang kalo celananya digulung pasti PKS pak?

Bapak:
Yaa ndak juga sih.
Jenggot? Kenapa jenggot kamu tipis? Kamu cukur yaa?

Abang :
Ohh, ini gak pak, memang keluarga saya gak bisa jenggotan tebal seperti bapak.
Tapi yaa ini memang kadang kadang saya potong sih pak, biar rapih saja.

Bapak :
Koyok wedok wae jenggot mbok cukur!
Sambil mengelus-ngelus jenggotnya

Abang :
Mmm, mohon maaf pak sebelumnya.
Memangnya perempuan cukur jenggot yaa pak?

Bapak :
Yaa ndak juga sih.

Lalu hening…

Bapak :
Kamu bukan NU, bukan Muhamadiyah, bukan Islam Nusantara, bukan Syiah, tapi kamu juga gak yakin kalo kamu Sunni..

Abang :
Bukan PKS juga pak.

Bapak :
Terus kamu apa!?

Abang :
Saya Muslim Pak.
Saya mungkin tidak tahu apakah saya ini Syiah atau Sunni, NU atau Muhamadiyah..
atau Nusantara.
Dan  sekali lagi mohon maaf sebelumnya Pak, tapi setahu saya PKS itu Partai Politik Pak, saya tidak tahu kenapa PKS ada di rentetan pertanyaan terkait Golongan-golongan Islam yang bapak berikan ke saya.
Dan kalau boleh menambahkan, saya juga tidak tahu apakah saya termasuk kategori konservatif, sekuler, moderat, liberal atau fundamentalis.
Saya tidak tahu mana yang benar, menuliskan inshaallah pake H, atau insyallah pake Y.
Saya juga tidak tahu apa itu Salafi dan Wahabi.
Dan apa pengaruhnya semua golongan, kategori, dan nama-nama ini terhadap religiusitas saya.

Bapak :
Piye toh koe, Kabeh ora reti.

Abang :
Pak.. dengan segala hormat,
Banyak yang saya tidak ketahui dalam hidup ini.
Tapi saya tahu dan yakin betul pak,
Kalau saya ini seorang Muslim.
Tuhan saya hanyalah Allah SWT,
Rasul saya Nabi Muhammad SAW,
Dan Kitab Suci saya Al-Quran.

Saya juga cukup yakin, semua golongan yang bapak sebutkan, juga memiliki keyakinan yang sama.

Bapak :
….

Abang :
Satu hal lagi yang saya tahu dan yakin betul pak,
Bahwa saya menyayangi Eneng dan ingin Eneng menjadi Istri dan kelak ibu bagi anak-anak saya Pak.
Cucu-cucu bapak.

Bapak :
Hmmm..
My grandchildren.

Eneng :
Senyum-senyum teratur sambil ngusap air mata haru.

Bapak :
All right son,
You got my permission.

Kamu mungkin tidak tahu banyak hal, tapi kamu tahu apa yang esensial dan kamu meyakini hal yang benar. Kalau buat Eneng itu cukup, maka buat Bapak itu cukup.
Bapak yakin, kamu bisa jadi imam yang baik buat cucu-cucu bapak.

Abang :
Alhamdulillah, terima kasih Pak.
Monggo, dimakan lagi martabaknya Pak.
Tidak seperti Beng-Beng, Martabak lebih enak selagi hangat.

Bapak :
Mendelik
Nak, pertama-tama, ini Terang Bulan. Bukan Martabak. Ini esensial nak, kamu harus tau.
As for the Beng-Beng, so you’re saying that Beng-Beng is better serve cold than as it is?

Abang :
……
i.. i… iya pak…..?

Bapak :
We’ll work it out son.

We’ll work it out.

Menjadi seroang Muslim di era informatika rasanya seperti ada tantangan tersendiri. Persebaran info yang cepat tanpa diimbangi dengan kemampuan mengritisi dan mencerna informasi, ditambah rendahnya minat baca yang berbanding sangat tidak lurus dengan minat ngeshare yang menggelora membuat kita kebanjiran informasi yang tak jarang membuat lara hati.

Yoi.

Batman Says it | Sumber

Paska aksi 411, beberapa orang dengan santainya menggolongkan orang-orang yang tidak setuju dengan gerakan itu sebagai orang munafik. Sebagai salah seorang yang tidak setuju, meskipun tulisan itu tidak ditujukan secara khusus untuk saya, rasanya sedih sekali ko yaa saya dibilang munafik. Saya sempat bertanya pada nurani, apa iya saya ini munafik? Lalu saya ingat, bahwa baik di sekolah, ataupun di TPA saya pernah diajarkan bahwa ciri orang munafik dalam islam itu ada tiga.

  1. Bila Berkata Bohong
  2. Bila Berjanji Ingkar
  3. Bila Dipercaya Khianat


Saya memang tidak setuju dengan gerakan ini. Tapi saya tidak merasa bohong, tidak ingkar janji, dan tidak mengkhianati siapapun sepanjang pengetahuan saya. Terutama dalam kaitannya terhadap gerakan ini. Lantas kenapa saya jadi disebut munafik?

Lanjut bicara tentang pendidikan Agama di sekolah-sekolah, ada yang rasanya janggal bagi saya. Selama 12 tahun mendapatkan pelajaran Agama di sekolah, 1 semester saat kuliah dan tambahan di TPA dan TPQ selama saya SD, saya tidak ingat pernah diajarkan apa itu syiah, sunni, salafi, wahabi, NU, Muhamadiyah dan apalagi Islam Nusantara. Belum lagi ada istilah JIL yang jujur saja seperti yang juga sudah disampaikan oleh Abang, saya tidak mengerti apa esensinya semua ini terhadap relijiusitas saya.

Saya ingatnya selama di sekolah saya diajarkan tata cara sholat, baik yang wajib ataupun yang occasional seperti sholat jenazah. Saya mendapatkan ujian tata cara berwudhlu dari SD, SMP, dan saya ingat sekali pernah diuji pada saat kuliah. Saya ingat betul karena saya ditanya oleh Dosen saya setalah berkumur airnya dibuang kemana dan saya jawab ke bawah. Saya tidak tahu bahwa yang sebenarnya yang ditanya itu apakah dibuang ke kanan atau ke kiri. Lagi lagi, saya tidak mengerti esensinya. Perkara ciri orang munafik juga sering diulang, sama seperti pertanyaan wajib mengenai berapa liter beras untuk zakat fitrah lengkap dengan ujian niat dan tata caranya. Tapi tidak sekalipun saya ingat pernah disebutkan perkara golongan-golongan atau kategori yang sudah saya sebutkan.

Pertanyaannya adalah Kenapa?

Apakah ini dirasa tidak esensial untuk diajarkan di sekolah-sekolah? Jika memang tidak dirasa esensial, pertanyaannya berlanjut menjadi kenapa tidak? Jika tidak esensial kenapa istilah-istilah asing ini mendadak muncul begitu banyak di artikel-artikel islami yang beredar di dunia maya?

Naon? | Sumber

Asking the why.

Of all the 5W1H questions, one that intrigues me the most is always the why. And I believe it’s very essential especially at the time where information just flooded literarily within our hand. This is what I feel is heavily lacking and sadly it’s not just the Why, it’s not even the whole 5W1H. Sadly speaking, I feel like there are too many people out there with their smartphone who doesn’t even raise questions in the first place. They have been outsmarted with their phone, believe everything they read while there are more HOAX than truth flying around the media.

Just because it’s called smartphone, doesn’t mean everything that comes out of it is smart. Truth is, there are more stupid shit comes from it. And yes, I’m not talking about 9Gag stupid or Tahilalat stupid, because both are more of genius instead.

Tahilalats ni coy | Sumber

Okay, let’s get back to the why.

And this is where things gonna get sensitive. So please, calm your horses and be as open minded as you can before you enter this premises.

Saya sangat menghormati gerakan, atau aksi, atau demo atau apa yang paling nyaman di kepala saya yang saya sebut sebagai gathering. Yaa, saya sedang membicarakan tentang gathering 411 dan 212. Bagi saya ini adalah pertemuan yang sangat epic. Sukses menunjukan ukhuwah Islamiyah, dan saya cukup yakin, kalau saya ada di situ, saya akan merasakan haru karena energinya pasti sangat menyentuh.  Sholat subuh berjamaah dan jumatan dalam skala sebesar itu, bagi-bagi sari roti, bakpao, dan ketoprak, I’ve got to admit, it’s something.

The thing is, I just can’t help but to wonder, Why?

Kenapa? Kenapa susah mencari ketoprak di Bali?

Sejujurnya saya tidak mengerti kenapa harus melakukan semua ini, tujuannya apa, latar belakangnya apa? Rhetorically speaking, semua ini akan kembali kepada Ahok dan pernyataan kontroversialnya yang dirasa dan tengah diselidiki apakah benar memang menistakan agama. Well he did said “dibohongi pake surat Al-Maidah” which is stupid. But, without any intention to defend him, I’ve got to say, people makes mistakes all the time. It’s what makes us human. It was a spur of the moment thing and while again, it’s stupid, if everyone should be jailed and heavily demonstrated because of it, we’ll all be either in jail or heavily demonstrated. Or no one will be demonstrated because everyone should be the object of the demonstration.

Yap! Cari ribut banget bagian pentingnya pake Bahasa Inggris. Pake Bahasa Indonesia aja suka dipelintir dan salah dimengerti padahal. Tapi yauds lah yew.. wis kadung.

Jadi gini guys, untuk memperjelas posisi saya. Karena rasanya itu penting akhir-akhir ini.

Apakah menurut saya Ahok salah karena mengatakan “dibohongi pake surat Al-Maidah”? Ya
Apakah menurut saya Ahok harus dipenjara karenanya? Tidak
Apakah saya pendukung Ahok? Tidak
Apakah saya anti Ahok? Tidak
Apakah saya setuju dengan Demo/Aksi/Gerakan/Gathering 411, 212? Tidak

Kenapa? Rasanya energy ini terlalu besar kalau tujuannya semata untuk memenjarkan Ahok. Yaa saya tahu nama aksinya adalah gerakan bela Islam, dan dari namanya jelas bahwa tujuannya adalah membela Islam. Tapi outcome yang diharapkan dari aksi ini saya yakin adalah Ahok masuk penjara. Yang mana jujur saja, saya pesimis akan hal ini. Anggap saja kita sama-sama tahu kenapa.

Kalo Ahok sudah dipenjara lantas apa? Lagi lagi bicara retoris, Ahok dirasa sebagai pelanggar hukum, sudah sepantasnya dipenjara. Tapi terus apa? Yasudah tidak ada apa-apa, semua orang akan kembali ke kehidupan normal yang mengalir bersama arus sungai saja.

Kalo Ahok tidak dipenjara lalu gimana? Apa mau demo terus sampe lebaran kuda seperti kata pak SBY?

Lebaran Kuda | Sumber

Ihh, Kamu kok nyinyir sih Ndro?

Aksinya positif, tujuan berdasarkan namanya mulia, aksi berjalan damai, epic, dipenuhi dengan Doa, Dzikir, muslim saling mendukung baik dalam perkara konsumsi, transportasi, hingga ke pijat, bahkan nama penjaganya saja Pasukan Asmaul Husna.

Saya juga tidak tahu kenapa. Saya memang suka bertanya dan hampir selalu mempertanyakan segala hal. Saya cuma tidak habis pikir energy sepositif ini, gerakan se-epic ini, semua hanya habis untuk memenjarakan satu orang. Satu. Orang. Ahok.

Sayang ga sih?

((Sama Aku?))

Ndro! Ini gerakan membela Islam. Hukumnya wajib bagi kaum muslimin.

Okay,

Tapi sayang ga sih?

((Sama Aku?))

Ndro AHH!!!

Okay,

Tapi sayang ga sih?

Ngomong sama aku lagi gw tampol lo.

HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA

Serius, Sayang ga sih? Kaya bayangin deh kalo aksi membela Islam ini senantiasa ada, dan energy se-epic dan sepositif ini outcomenya menjadi membela Islam dalam konteks yang lain. Misalnya, anggap lah semua peserta aksi yang datang patungan seribu-seribu, kali 1 juta orang yang datang. Sudah jadi 1 Miliar. 1 Miliar loh, 0nya ada 9. Saya sudah cek di kalkulator.

Bisa jadi 10 rumah sederhana atau lebih kalo kategorinya rumah sangat sangat sederhana. Berikan ke saudara-saudara muslim, atau gak harus muslim tapi sebangsa yang gak punya rumah. Yang besoknya ada kemungkinan disamperin preman atau abis pulang kerja tiba-tiba barang-barangnya udah berantakan di depan kontrakan.

Atau gotong-royong, jalan ke pelosok-pelosok, cariin desa yang gak punya jembatan, atau jembatannya rusak, bangun jembatan biar ga ada lagi photo anak sekolah yang kaya lagi main fear factor. Beliin solar panel ke desa-desa yang masih ga ada listrik biar anak-anak bisa ngerjain PR di malam hari, biar ba’da magrhib bisa ngaji kaya jaman saya kecil dulu. Biarlah sore kita main bola aja karena sekolah, main dan ngaji itu sama pentingnya.

Atau mari menyelamatkan bumi dan Jakarta yang sudah hampir tenggelam, tanam dan pelihara pohon, kelola sampah dengan lebih baik. Hemat air, hemat listrik, perbanyak berjalan kaki dan gunakan transportasi umum, better yet, sedikan transportasi umum. Kenapa harus tunggu pemerintah kalo kita bisa sediakan sendiri? Misal patungan beli Bus lalu pasang stiker, Bus ini sumbangan kaum mulsimin Jakarta. Atau gausah pasang stiker biar ga riya. Ingatlah bahwa Allah menjadikan kita manusia sebagai khlaifah di muka bumi. Maka bukankah dengan menyelamatkan bumi kita juga tengah menjalankan agama kita? Dan bukankah ini termasuk membela agama kita juga?

Bola adalah Teman | Sumber

Yaa, saya tahu contoh saya semua arahnya cenderung konsumtif dan tidak directly membela islam. Tapi bukankah dengan menolong sesama kaum muslimin kita juga memperkuat Agama kita?

Intinya, bagi saya ada energy yang sangat positif dan skalanya sangat masif. Mari dipertahankan. Tapi kemudian disalurkan ke hal-hal lain yang juga tak kalah esensial. Biar dunia lihat, bahwa kaum muslimin benar-benar adalah merupakan rahmatan lil ‘alamin. By being a better muslim, we can show the world how the true muslim really is, and thus we’re protecting the good name of Islam. Isn’t it another way to defend or religion?

Saya ingat betul saya pernah menonton video yang judulnya it’s the best time to be muslim. Dan poin paling utamanya adalah, There are billions of muslim in the world right now, imagine if all of them is the exact copy of prophet Muhammad. Jumlah muslim ada miliaran lhoo guys, gausah jauh jauh lihat dunia, lihat saja di Jakarta, ada jutaan orang berkumpul bersama dan semuanya muslim. It’s a true potential, and let’s use it for a better cause.

Ahok udah dijadikan tersangka, biarlah penyidik dan pengadilan yang menentukan apakah dia benar bersalah atau tidak. Saya rasa kita sudah cukup menyuarakan ketersinggunan kita sebagai kaum muslim atas ucapannya Ahok. Dan dia seharusnya belajar banyak dari hal ini. Jika nanti dia kemudian dinyatakan tidak bersalah, dan kemudian tetap maju dan bahkan menang menjadi Gubernur Jakarta lagi, itu semua adalah kehendak Allah. Dan marilah kita belajar untuk menerima dan tidak terus mencela dan mencaci maki.

Ahok, meskipun mulutnya liar dan perilakunya cenderung arogan, tetaplah Gubernur yang menjalankan pekerjaannya dengan baik. Sudah jelas ada perubahan yang dirasakan Jakarta dibawah kepengurusannya. Ingat yaa, kepengurusan, bukan kepemimpinan, karena Gubernur, adalah pelayan rakyat. Kita adalah negara demokrasi dan Rakyat adalah pemimpin tertinggi. Seenggaknya itulah yang diajarkan di pelaran PPKn dan IPS. Biarlah semua ini menjadi pelajaran bagi Ahok untuk membuatnya menjadi individu yang lebih baik. Niscaya, semua ini akan menjadikannya pelayan rakyat yang lebih baik jika Allah mengizinkannya.

Pelayan Rakyat | Sumber 

Saya seperti halnya abang, memang tidak tahu banyak tentang Islam, tapi, mengulang tulisan saya sebelumnya, ada satu hal yang saya tahu pasti. Bahwa segala bentuk penindasan, kekerasan, aniaya, pemukulan, tekanan, boikot, terror, eksekusi, bom bunuh diri, dan perang yang mengatas namakan Islam, tidak akan membuat Islam menjadi agama yang disegani, apalagi dihormati. Tidak akan membuat nama Islam menjadi lebih baik, dan tidak akan membantu saudara-saudara sesama muslim di seluruh dunia.

As cliché as it is, a Christian American friend of mine once say, that religion, God, is about Love. 

Saya Hendro Prasetyo, principle of Artdicted Studio. I’m a proud Muslim, and I urge you all muslims all over the world to spread love, because that’s what this world needs, and that’s one way to become rahmatan lil alamin. Remember guys, there are billions of us on the face of earth, let’s use this potential for a good cause. For humanity, for the earth, and of course, for our religion.

Drop Mic.


No comments:

Post a Comment