Wednesday, November 30, 2016

Sayembara Sakit Punggung

“Ironi arsitek adalah dibalik kesehariannya yang berkutat dengan desain bangunan yang indah dan menawan ada orang-orang yang masih menginap di kosan penjara tak berjendela, yang satu-satunya cara untuk mengetahui hujan adalah melalui bocor yang menetes tenang ke panci mie-instannya.”

Yaa, yaa, saya tahu, setiap pekerjaan memiliki ironinya masing-masing, baru kemarin hati saya terenyuh melihat sebuah foto yang menunjukan ekspresi yang sangat jujur dari seorang driver gojek yang sedang memperhatikan seksama proses pengerjaan martabak yang harganya setara kira-kira fee 10x perjalanannya ke sana. Ada badut yang dibalik senyum palsu literary-nya, ada tumpukan tagihan dan anak istri yang membutuhkan senyum dan tawa jauh melebihi anak-anak yang secara professional ia hibur dengan harga yang bisa dibilang cuma-cuma.  Dan tentunya, ada teller bank, yang tak perlu dijelaskan lagi, kita semua tahu apa ironinya.


 Yang pertama dan paling Utama

Bank.

Baru-baru ini saya berurusan dengan bank, dan ini bukan berurusan pada umumnya dimana bank berperan sebagai tempat transit uang dari para bos ke penjual nasi goreng, kali ini urusan saya dengan Bank tak jauh-jauh dari urusan arsitektur seakan menjadi arsitek selama 8 jam sehari selama 5 hari tak cukup. Yaa saya barusan ikut sayembara desain fasad BCA, dan itulah urusan saya baru-baru ini dengan bank.

Baru tapi tidak baru, berubah tapi tidak berubah.

Frase yang ritmis yang sukses bikin punggung saya sakit selama berhari-hari dan kepala terasa panas seperti smartphone yang sedang syncing di internet yang lelet. Melihat rekam jejak perubahan fasad BCA yang sudah beberapa kali, itulah yang kemudian saya tangkap dari transformasinya.

Baru tapi tidak baru, berubah tapi tidak berubah.

Rasanya mau menyerah saja setelah beberapa hari memeras otak, tak keluar satupun ide yang layak. Namun mengingat betapa hati saya sangat gusar karena batal mengikuti sayembara propan, saya paksa diri saya untuk kembali menemukan energi untuk mengolah konsep,

Baru tapi tidak baru, berubah tapi tidak berubah.

Yap, dan siklus ini pun berulang selama beberapa hari hingga akhirnya saya memutuskan untuk meminta bantuan.

Long story short, the ice finally break and ideas began to flow. 

Panel Presentasi | Klik Biar Gede

Setelah ditolak gery, dibantu rejak, hingga berkolaborasi dengan adri, akhirnya sayembara sakit punggung ini selesai juga di hari batas pengumpulannya. Dan dengan bantuan Kakak yang berlokasi di Bekasi dan dengan pinjaman kartu IAI ribas, akhirnya karya sayembara ini berhasil dicetak, dikemas dan dikirim..
.
Keesokan harinya. 

The Late Brothers

So Yeay!

Saya sudah tak berharap apa-apa dan memvonis diri saya kalah jauh sebelum hari pengumumannya. Tapi tetap saja, ketika hari pengumuman tiba dan saya tahu saya tidak termasuk satu dari sepuluh orang yang dihubungi panitia rasanya kecewa juga. Bukan apa-apa, terlepas dari berbagai kekurangannya, saya tetap suka dan bangga dengan hasil akhirnya. Dan dibalik karya yang terlambat tiba di tujuannya ini, ada kerja keras dan dukungan dari orang-orang yang entah kenapa mau repot-repot membantu saya.

Seperti kata Hiruma, selama peluangnya belum 0%, masih terlalu cepat untuk menyerah. Saya memutuskan untuk tidak menyerah, dan meskipun saya kalah, saya tetap bahagia karenanya.

No comments:

Post a Comment