“ Kalo teori Darwin itu benar, dan Manusia memang merupakan
Evolusi dari Monyet, maka suatu saat Manusia akan berada di Kebun Binatang dan
menjadi tontonan bagi Evolusi dari Manusia seperti halnya sekarang Manusia
menjadikan Simpanse, Orang Utan, dan Gorila tontonan di Kebun Binatang. “
Dalam bahasa lain, begitulah yang disampaikan
oleh Christopher Boone seorang penderita sindrom Asperger dalam buku The
Curious Incident of the Dog in the Night time yang ditulis oleh Mark Haddon.
Sebuah buku tua berwarna Pink Seru yang saya temukan beberapa hari lalu di “perpustakaan”
rumah saya yang tidak terjamah kecuali oleh saya.
Pernah kebayang ga sih suatu saat gitu Evolusi
Manusia (Manusia 2.0) yang tentunya akan lebih canggih dan lebih cerdas dari
manusia sekarang akan memasukan manusia ke kebun binatang mereka dan berkata “
Look, they can take their own food from that puzzled box !“ or “ Look, they can
even cook them into something completely different ! “
Manusia 2.0 begitu excited melihat kecerdasan
Manusia yang sudah tersingkirkan dari peradaban utama. Kemudian mereka juga
mempelajari manusia dari pelajaran-pelajaran sejarah seperti sekarang kita
mempelajari manusia purba baik itu Meganthropus atau Pithecantropus. Dan jika
kita sekarang mengenal manusia jaman dulu dengan kehidupan Berburu dan
Berkebun, maka suatu saat nanti Manusia 2.0 mengenal manusia sekarang dengan
istilah kehidupan Mengeksploitasi dan Merusak.
Yaa, karena memang itulah yang dilakukan oleh
manusia sekarang. Dengan mengesampingkan fakta adanya pencinta Alam yang
berteriak-teriak mengkampanyekan Go Green dan Global Warming, utamanya memang
kehidupan manusia sekarang sekedar mengeksploitasi Alam dan merusaknya.
Manusia itu makhluk sombong. Merasa paling
sempurna di Bumi ini. Padahal dihadapkan dengan seekor Ular berbisa saja pasti panik
minta ampun. Jangankan ular, banyak diantara manusia yang bahkan takut dengan
makhluk se-Harmless cicak. Sedikit neurotoxin dari cobra dan manusia akan
mati dalam hitungan menit, sejilat lidah Komodo dan manusia akan merintih
kesakitan di sekujur tubuh, tapi tetap saja dengan begitu arogan dan sombongnya
manusia merasa paling sempurna. Berbekalkan pasak bumi, eskavator, traktor, dan
gergaji mesin mereka merusak dan membangun pusat-pusat hedonisme.
Disisi lain, manusia juga sadar bahwa dibalik
arogansinya sebagai makhluk paling sempurna, manusia adalah makhluk paling insecure di muka bumi. Itulah kenapa
manusia membuat Senjata. They say it’s for Defense. Well, people create Shield
for Defense !
Selain insecure,
Manusia juga ga pernah puas dan bersyukur. Itulah kenapa di film-film
banyak manusia berkekuatan super. Manusia yang bisa terbang, mengeluarkan laser
dari mata, berubah jadi raksasa hijau yang entah kenapa celananya juga bias ikut
meraksasa sementara pakaian lainya hancur, hingga manusia yang bias menyembuhkan
diri secara kilat.
Well, Tuhan bukan tidak mampu menciptakan
manusia dengan kekuatan super seperti itu. Hanya saja, manusia pasti akan jauh
lebih arogan dengan kekuatan itu. From
Great Power Comes Great Responsibility. Unfortunately, lots of people are not
Responsible. Kekuatan canggih bukan akan membawa pada kebaikan, tapi pasti
lebih banyak keburukan.
Anyway, bicara tentang evolusi, saya memiliki
satu perspektif unik dalam memandang Alay. Saya melihat bahwa Alay pada
dasarnya adalah usaha manusia untuk berkembang menjadi lebih kreatif.
Sayangnya, karena berbagai faktor, yang utamanya faktor lingkungan, proses ini
berubah menjadi proses Mutasi. Yaa. Jika orang-orang kreatif adalah Evolusi
atau pengembangan dari Manusia, maka bagi saya, Alay adalah Mutasi dari gen
Kreatifitas manusia. Pun begitu dengan apa yang dikenal sebagai Hipster, Decora, dan Gothic.
Sebagai seorang yang beragama, saya tidak
mempercayai adanya evolusi. Karena tidak mungkin untuk mempercayai agama
sekaligus mempercayai Evolusi. Terutama Evolusi Manusia. Yang saya coba
sampaikan melalui tulisan ini adalah, sadarlah manusia bahwa kalian bukan
apa-apa. Berhenti bersikap arogan dan merasa paling sempurna. Berbagi ruanglah
dengan Alam dan seisinya, karena kita diciptakan untuk Memimpin, bukan
Menguasai.
Dalam buku yang sama Chrisptopher juga menyampaikan
bahwa, ketika ia melihat ke langit maka ia merasa lebih tenang tidak peduli
masalah apapun yang ia hadapi. Bukan, bukan karena alasan melancholis atau desperately
romantic. Tapi karena ia sadar bahwa sebesar apapun masalahnya, tidak ada
apa-apanya dibandingkan besarnya alam semesta.
No comments:
Post a Comment