Tuesday, July 5, 2011

Cita - Citamu Dulu


“ Do you remember what would you want to be, back when you’re still a kid ? ”

“ Do you remember how great dreams you had that long long time ago ? ”

Well, these questions and mood of writing just suddenly showed up after I’ve done reading a book titled “Totto – chan”. A good book, with great people inside. A must read I guess.



Dulu, waktu saya masih kecil, masih pake seragam putih merah, celana diatas lutut, baju kebesaran, dan dasi merah berkaret yang ngatung di kancing no.3. Saya ingat saya pernah bercita-cita menjadi seorang arsitek, yang dulu bahkan saya gatau artinya apa. Saya ingat juga, teman-teman saya ada yang bercita-cita jadi pilot, polisi, dokter, guru dan profesi-profesi keren lainnya. Bahkan ada yang masih beranii dengan lantang mengucapkan ”saya mau jadi Presiden”.

Tapi diantara mereka, ada yang bahkan sudah kehilangan harapan dan bercita-cita buat menjadi apa aja. Dulu saya berpikir itu baik, karena dia berarti bersyukur akan bagaimanapun hidupnya nanti. Tapi kemudian sekarang saya berpikir, itu sangat menyedihkan, kronis, bahkan untuk seorang anak-anak sudah kehilangan mimpinya seperti itu.

Terus, naik ke level putih biru, berdasi tanpa karet yang menjulur sampai ke kepala ikat pinggang, saya ngerubah cita-cita saya menjadi seorang rocker. Padahal saat itu saya belum bisa main satupun alat musik dengan baik. Saya ingat juga teman-teman saya mulai banyak yang kehilangan cita-cita hebat semasa kecilnya. Mereka sudah mulai mengorientasikan pikirannya untuk menjadi pegawai bergaji besar nantinya.

Lalu berganti celana panjang berwarna abu-abu dan tanpa dasi kecuali di hari senin dari jam 7 – 8 pagi, saya naikin level cita-cita saya dari rocker jadi musisi. Dan karena semakin tambah usia, maka semakin terkikis idelaisme kita dibantai realita, maka semakin banyak yang mengorientasikan dirinya buat jadi salary man. Dan caranya hampir sama, semua berkompetisi buat dapet nilai sebaik mungkin bagaiamanapun caranya, lulus, dan dapet PTN terbaik.

Pas udah kelas tiga, mereka – mereka yang berorientasi menjadi salary man ini, sibuk nyari jurusan yang prospek kerjanya bagus. Mereka sibuk  nyari Jurusan dan PTN mana yang setelah mereka lulus, mereka langsung bisa dapet kerja.

Tapi untungnya ga semua gitu, masih banyak diantara mereka yang masih memegang teguh cita-cita hebat masa kecilnya. Entah itu dokter, guru, polisi atau sebagainya. 

Dan sekarang, saat saya ga harus memakai celana dan baju berwarna sama, boleh memanjangkan rambut sampe seliar mungkin, saya menaikan lagi level cita-cita saya buat jadi seorang Artworker. Saya mau ngerubah dunia lewat seni, minimal bisa membuatnya jadi lebih ceria. Yaahh, walu kenyataanya sekarang saya malah ada di jurusan yang sejalan sama cita-cita jaman sd saya. Tapi saya ga mau ngebuang impian dan cita-cita saya buat jadi Artworker ini.

will you dream like this ?
Or, like this
 Naif ? sisi lain diri saya berkata begitu, saat kebanyak dari orang-orang disekitar saya sudah berpikir jalan yang lebih umum dikejar yakni buat kerja di suatu perusahaan apapun yang sejalan sama jurusannya, atau bahkan kerja dimanapun yang bergaji besar ga peduli sejalan atau ga sama jurusan kuliahnya, saya malah berpikir dan menulis sesuatu seperti ini.

Saya sering dengar kata-kata seperti ini ” Anak kecil tau apa sih !? ” bocah ingusan yang belum melihat realita wajar aja masih bisa punya cita-cita besar. Tapi menurut saya, itu salah besar! Buat saya, anak-anak adalah panutan dalam bermimpi, anak-anak adalah panutan dalam keteguhan hati. Inget waktu kita masih kecil, ketika kita menginginkan sesuatu dan ga dikasih, kita akan menangis sampe keinginan kita dipenuhin? Itu bukti keteguhan hati anak-anak dalam mendapatkan keinginannya.

Menangis adalah senjata mereka, karena dulu, mungkin itu satu-satunya yang mereka bisa. Tapi sekarang kita udah dewasa, keteguhan hati seperti anak-anak itu yang harus kita punya, bedanya menangis bukan lagi senjata kita. Banyak yang bisa kita lakukan sekarang. Seburam apapaun jalannya, kalau kita berusaha dan berdoa, dan Tuhan mengizinkan, Jalannya pasti akan keliatan dan diakhir keinginan kita pasti bisa kita dapatkan.

Well, at the end, the real point of this post, I just want to say, don’t let your dream die ! Be the one, Let the world remember you when you die, “ Kita semua dilahirkan dengan “watak baik” yang dengan mudah bisa rusak karena lingkungan dan pengaruh buruk orang dewasa ”. Begitu kata Mr. Kobayashi di buku Totto Chan.

And if you’ve lost your “watak baik”, find it no matter what, dig your memories and find your cool children dreams. Be a good youngster, influence the world and make it better. If you ever wanted anything, if God then give you a permit, then you sure can make it ! hahaha! 
 

1 comment:

  1. cuma mau share...

    dulu pas saya masih tk cita-cita saya jadi guru matematika, karena orangtua saya guru dan begitu cintanya saya pada hitung menghitung...
    lalu saat sd, saya bercita-cita jadi arsitek, yang seingat saya karena namanya bagus..
    lalu saat smp, saya bercita-cita jadi komikus dan penulis
    begitu sma, pikiran saya mulai menjalajah liar dan saya hanya ingin melakukan hal-hal yang saya inginkan...
    dan entah bagaimana itu bertahan hingga sekarang

    saya juga pernah berpikir seperti itu, hingga seseorang berkata, "cita-cita itu hanya milik anak-anak, sedangkan yang kita punya sekarang adalah impian, karena impian itu sesuatu yang bisa dikejar dengan kamampuan kita sekarang"

    ReplyDelete