Thursday, January 16, 2014

Arogansi, Evolusi, dan Homo Sapiens

“ Kalo teori Darwin itu benar, dan Manusia memang merupakan Evolusi dari Monyet, maka suatu saat Manusia akan berada di Kebun Binatang dan menjadi tontonan bagi Evolusi dari Manusia seperti halnya sekarang Manusia menjadikan Simpanse, Orang Utan, dan Gorila tontonan di Kebun Binatang. “

Dalam bahasa lain, begitulah yang disampaikan oleh Christopher Boone seorang penderita sindrom Asperger dalam buku The Curious Incident of the Dog in the Night time yang ditulis oleh Mark Haddon. Sebuah buku tua berwarna Pink Seru yang saya temukan beberapa hari lalu di “perpustakaan” rumah saya yang tidak terjamah kecuali oleh saya.

Pernah kebayang ga sih suatu saat gitu Evolusi Manusia (Manusia 2.0) yang tentunya akan lebih canggih dan lebih cerdas dari manusia sekarang akan memasukan manusia ke kebun binatang mereka dan berkata “ Look, they can take their own food from that puzzled box !“ or “ Look, they can even cook them into something completely different ! “




Manusia 2.0 begitu excited melihat kecerdasan Manusia yang sudah tersingkirkan dari peradaban utama. Kemudian mereka juga mempelajari manusia dari pelajaran-pelajaran sejarah seperti sekarang kita mempelajari manusia purba baik itu Meganthropus atau Pithecantropus. Dan jika kita sekarang mengenal manusia jaman dulu dengan kehidupan Berburu dan Berkebun, maka suatu saat nanti Manusia 2.0 mengenal manusia sekarang dengan istilah kehidupan Mengeksploitasi dan Merusak.  

Yaa, karena memang itulah yang dilakukan oleh manusia sekarang. Dengan mengesampingkan fakta adanya pencinta Alam yang berteriak-teriak mengkampanyekan Go Green dan Global Warming, utamanya memang kehidupan manusia sekarang sekedar mengeksploitasi Alam dan merusaknya.

Manusia itu makhluk sombong. Merasa paling sempurna di Bumi ini. Padahal dihadapkan dengan seekor Ular berbisa saja pasti panik minta ampun. Jangankan ular, banyak diantara manusia yang bahkan takut dengan makhluk se-Harmless cicak.  Sedikit neurotoxin dari cobra dan manusia akan mati dalam hitungan menit, sejilat lidah Komodo dan manusia akan merintih kesakitan di sekujur tubuh, tapi tetap saja dengan begitu arogan dan sombongnya manusia merasa paling sempurna. Berbekalkan pasak bumi, eskavator, traktor, dan gergaji mesin mereka merusak dan membangun pusat-pusat hedonisme.

Disisi lain, manusia juga sadar bahwa dibalik arogansinya sebagai makhluk paling sempurna, manusia adalah makhluk paling insecure di muka bumi. Itulah kenapa manusia membuat Senjata. They say it’s for Defense. Well, people create Shield for Defense !

Selain insecure, Manusia juga ga pernah puas dan bersyukur. Itulah kenapa di film-film banyak manusia berkekuatan super. Manusia yang bisa terbang, mengeluarkan laser dari mata, berubah jadi raksasa hijau yang entah kenapa celananya juga bias ikut meraksasa sementara pakaian lainya hancur, hingga manusia yang bias menyembuhkan diri secara kilat.

Well, Tuhan bukan tidak mampu menciptakan manusia dengan kekuatan super seperti itu. Hanya saja, manusia pasti akan jauh lebih arogan dengan kekuatan itu. From Great Power Comes Great Responsibility. Unfortunately, lots of people are not Responsible. Kekuatan canggih bukan akan membawa pada kebaikan, tapi pasti lebih banyak keburukan.

Anyway, bicara tentang evolusi, saya memiliki satu perspektif unik dalam memandang Alay. Saya melihat bahwa Alay pada dasarnya adalah usaha manusia untuk berkembang menjadi lebih kreatif. Sayangnya, karena berbagai faktor, yang utamanya faktor lingkungan, proses ini berubah menjadi proses Mutasi. Yaa. Jika orang-orang kreatif adalah Evolusi atau pengembangan dari Manusia, maka bagi saya, Alay adalah Mutasi dari gen Kreatifitas manusia. Pun begitu dengan apa yang dikenal sebagai Hipster, Decora, dan Gothic.




Sebagai seorang yang beragama, saya tidak mempercayai adanya evolusi. Karena tidak mungkin untuk mempercayai agama sekaligus mempercayai Evolusi. Terutama Evolusi Manusia. Yang saya coba sampaikan melalui tulisan ini adalah, sadarlah manusia bahwa kalian bukan apa-apa. Berhenti bersikap arogan dan merasa paling sempurna. Berbagi ruanglah dengan Alam dan seisinya, karena kita diciptakan untuk Memimpin, bukan Menguasai.

Dalam buku yang sama Chrisptopher juga menyampaikan bahwa, ketika ia melihat ke langit maka ia merasa lebih tenang tidak peduli masalah apapun yang ia hadapi. Bukan, bukan karena alasan melancholis atau desperately romantic. Tapi karena ia sadar bahwa sebesar apapun masalahnya, tidak ada apa-apanya dibandingkan besarnya alam semesta.


No comments:

Post a Comment