Friday, January 31, 2014

Budaya Buaya eps.1 : Bu(d)aya Bekas Jajahan

Ibu :
dik, kalau sudah besar mau jadi apa ?

Adik :
Mau jadi koruptor bu

Ibu :
Haah !?

Adik :
Iya bu, kemarin adik lihat di berita, jadi koruptor itu enak lhoo bu.
Bisa punya mobil-mobil yang kaya adik suka lihat di game, keren-keren lhoo bu.

Ibu :
Tapi kan koruptor itu jahat dik, nanti kamu di penjara lhoo

Adik :
Ih gapapa ! kan enak bu di penjara. Gausah kerja
Adik bisa bawa semua mainan adik kedalam penjara.
Playstation, Laptop, Ipad, adik tinggal pilih aja mau main game dimana
Kalo bosen, adik tinggal minta izin sama pak penjaga buat jalan-jalan keluar.
Kan bisa gitu juga bu.

Ibu :
Tapi dik..

Adik :
Ahh, ibu tenang aja, adik pasti akan jadi koruptor hebat !
Adik akan rajin belajar dari sekarang !


Sekitar 3 hari lalu, disela-sela berita banjir dan tayangan joged-joged yang menjamur syahdu di televisi, ada berita tentang penyitaan mobil-mobil mewah milik seorang tahanan KPK bernama Wawan. Nama yang cukup ndeso jika dibandingkan dengan kekayaan yang dimilikinya. Tercatat, mulai dari land cruiser, sampe Rols Royce berhasil disita KPK karena dicurigai merupakan hasil korupsi.

Ya iyalah hasil korupsi ! aparat Negara duit segitu darimana !? Cuma koruptor sama Batman yang bisa sekaya itu  !

Dari situ saya terpikir, kalau aja dari saya kecil dulu saya udah kenal sama yang namanya koruptor, pasti saya bercita-cita jadi koruptor. Bayangin aja bro, mobil mewah segitu banyak kalau sekedar jadi Arsitek mau nabung gila-gilaan sampe jajan cuma seribu sehari juga kayanya ga akan kebeli. Apalagi jadi arsitek yang kerja di biro Arsitek. Kalo kata mas Darto mah, Ha-E-double eL-O, HELLO !?

Bicara budaya, berarti bicara apa yang diajarkan secara turun temurun. Hal-hal yang tentunya populer dan dilakukan karena dianggap benar oleh kebanyakan orang dalam skala lingkungan tertentu, yang umumnya diajarkan semenjak kita kecil.

Cium tangan misalnya. Saya sering dianggap gak sopan karena enggan cium tangan kecuali sama orang tua saya. Ini adalah salah satu budaya yang gak jelas darimana asalnya, tapi terus menerus diajarkan karena dianggap sebagai bagian dari sopan santun. Kalau ketemu orang yang lebih tua, pokonya cium tangan ! waktu saya SMA dulu, seorang ahli pendidikan dari Swedia mampir ke sekolah saya dan dicium tanganin sama murid seisi sekolah setelah ikutan Upacara bendera. Dia terus bertanya-tanya, ini maksudnya apa ? kalo di Negara saya, yang kaya gini nih namanya penjajahan lho. 


Jaman masih baikan | sumber

Ya ! P-E-N-J-A-J-A-H-A-N ! menurut analisis jenius saya, budaya cium tangan itu asalnya dari situ. Budaya gila hormat ! ketika orang yang satu merasa lebih tinggi derajatnya dari orang lain, dan orang yang lain merasa derajatnya lebih rendah dari orang yang satu.

Indonesia dijajah Belanda 3,5 Abad ! itu setara sama 6 keturunan dengan asumsi satu keturunan berusia 60 tahun. Selama itu, setiap ketemu Londo, orang Indonesia mesti harus menunjukan rasa hormat. Sebelum penjajahan, Indonesia juga menganut sistem Kerajaan. Yang namanya kerajaan, pasti mengenal sistem kasta. Jadilah itu budaya cium tangan muncul. Sebagai bentuk rasa hormat, atau rasa tunduk sama orang lain.

Nah ! karena saya gamau begitu aja tunduk sama orang lain, dan menundukan orang lain begitu saja kepada saya, saya ga lagi meneruskan budaya atau yang saya yakini sebagai kebiasaan cium tangan.

Budaya lain yang juga muncul sebagai akibat dari penjajahan adalah makan Junk food. Bukan Mc.D atau KFC. Tapi Junk Food yang literary Junk Food. Jeroan, Tulang, Ceker, Kepala, Brutu, Otak, dan bagian lainnya yang mestinya masuk ke tempat sampah atau jadi makanan ternak.


Tengkleng Solo | sumber

Budaya makan Junk Food ini muncul karena semua premium cut dari sapi dan ayam adalah jatah Londo atau keluarga kerajaan. Sedangkan rakyat hanya bisa makan sisa-sisanya seperti yang telah saya sebutkan tadi. Dan karena ini berlangsung begitu lama, jadilah hal yang sesungguhnya naas ini mentradisi dan malah jadi makanan Tradisional.

Mbok kalo mau jadiin makanan tradisional tuh kaya Rendang lhoo, kan pake daging. Jadinya diakui sama seluruh dunia sebagai makanan terenak. Yaa. Terenak. Bukan ternak.

Sebenernya masih banyak yang bisa dibahas kalo masalah budaya bekas jajahan ini, tapi kali ini saya akan mencukupkan setelah bahasan akan budaya (slash) kebiasaan minum teh manis berikut.

Tau ga kalian kalo budaya minum teh manis itu sebenernya merupakan solusi Londo buat ngejaga stamina pekerja Rodi ? Jadi, jamannya rodi dulu, Londo mikirin gimana caranya biar pekerja tetep kuat ngerjain jalan Anyer – Panarukan tapi dengan biaya ngirit. Nah karena jaman dulu belum ada Agung Hercules ngiklanin Extra Joss, dan coklat mahal, Londo lantas konsultasi sama dokter. Rekomendasi dari mereka adalah gula ! karena gula emang bener-bener bisa berubah jadi energi. 


Apapun Makanannya, Minumnya Teh Manis | sumber

Disitulah muncul kebiasaan minum teh manis. Karena kalo ngasih air gula atau gula doang kan aneh, makanya Londo nyampurin sama teh. Biar terkesan baik juga, karena teh aslinya memang minuman bangsawan. Tapi gulanya dibanyakin. Jadi lebih kaya gula pake teh, daripada teh pake gula.

Kebiasaan ini lantas menerus sampe sekarang. Kalo makan di tempat makan hampir pasti sajian minuman utamanya Es Teh atau Es Jeruk. Dua minuman yang sebenernya ga baik dikonsumsi bersamaan dengan makanan karena menghambat penyerapan gizi dari makanan yang kita konsumsi. Tapi yaa namanya kebiasaan, ibaratnya kalo kata inul mah, makan minumnya ga teh manis, bagai sayur tanpa garam, kurang enak kurang sedaaapp~~~

Lantas apa hubungannya sama kisah cita-cita diawal ?

Saya yakin kalian pasti inget jaman masih bocah dulu, cita-cita populer antara menjadi dokter, polisi, atau astronot. Itu hal yang ga jelas datangnya darimana, tapi begitulah yang kita pelajari. Padahal masih banyak hal keren lainnya yang bisa jadi cita-cita, Arsitek misalnya. Haha.

Nah, banyak hal gajelas datangnya darimana seperti itu yang kita pelajarin waktu anak-anak dan terbawa sampe dewasa. Kalian coba inget baik-baik, dan mulai pertanyakan. Mungkin beberapa diantaranya menyesatkan seperti air mata buaya.

Air mata buaya. Entah salah apa Buaya sampe air matanya dikaitkan dengan kepalsuan dan kepura-puraan. Pun begitulah Budaya Buaya. Palsu ! Bukan budaya, tapi hanya kebiasaan yang karena berlangsung begitu lama jadi terbiaskan menjadi budaya.

Well, saya bukan orang yang apatis terhadap budaya. Saya hanya cukup kritis memilih mana yang budaya, mana yang kebiasaan. Mana yang harus dilakukan, diteruskan, dan dilestarikan, mana yang harus ditinggalkan. Indonesia adalh Negara luas yang memiliki ragam budaya, ribuan bahkan. Dan seakan kurang, karena banyaknya Negara yang menjajah Indonesia dijaman perdjoangan doeloe, budaya Indonesia semakin diperkaya oleh pengaruh budaya-budaya pendatang.

Next time, saya akan bahas lebih dalam lagi terkait budaya buaya. Sementara itu, kalian cek aja dulu nih budaya (slash) kebiasaan orang Indonesia yang kalo belum dilakuin, berarti belum Indonesia. 





No comments:

Post a Comment